Jejak Pejuang Lamongan Kini Jadi Nama Jalan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Jejak Pejuang Lamongan Kini Jadi Nama Jalan

Nama Jalan Baru di Lamongan Diabadikan sebagai Penghormatan terhadap Pahlawan Nasional

Pada peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat Lamongan kembali mengenang perjuangan seorang tokoh nasional yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan. Nama Jalan Simpang Kusuma atau Jalan Raya Pasar Ikan di Lamongan resmi berganti menjadi Jalan KH Ahmad Muhtadi. Peresmian ini dilakukan oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, yang juga menjadi bagian dari upacara peringatan hari kemerdekaan.

Perubahan nama jalan ini tidak hanya sekadar penghargaan formal, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap sosok KH Ahmad Muhtadi, seorang ulama, ahli falak, dan pemimpin laskar pejuang kemerdekaan. Nama beliau diabadikan sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sejarah Singkat KH Ahmad Muhtadi

KH Ahmad Muhtadi lahir pada tahun 1908 di Desa Kranji, Paciran, Lamongan. Beliau adalah putra dari KH Musthosa, pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji. Pendidikan awalnya dimulai di PP Tebuireng Jombang, bawah asuhan KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama. Setelah menyelesaikan studinya di sana, ia melanjutkan menimba ilmu di beberapa pesantren lain, seperti Salafiyah Syafiiyah Seblak Jombang, Rejoso Jombang, dan Siwalan Panji Sidoarjo.

Dalam perjalanan hidupnya, KH Ahmad Muhtadi tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama, tetapi juga seorang ahli falak (astronomi). Ia juga memiliki kemampuan hafalan Alquran yang sangat baik. Setelah menyelesaikan pendidikannya, beliau kembali ke tanah kelahirannya dan menikah dengan Raden Robiah, putri KH Umar Suto, pengasuh PP Ismailiyyah Suto Sendangagung.

Kontribusi dalam Perjuangan Kemerdekaan

Salah satu peristiwa penting dalam perjalanan KH Ahmad Muhtadi adalah peran beliau dalam Resolusi Jihad dan perang 10 November 1945. Saat itu, beliau menjadi salah satu tokoh yang memobilisasi santri dan pejuang dari kawasan Pantura (Lamongan, Tuban, dan Gresik) untuk melawan pasukan Sekutu, termasuk Belanda.

Beliau juga memimpin barisan laskar Hizbullah dan Sabilillah dalam perang tersebut. Pada Agresi Militer II tahun 1949, wilayah Pantura Lamongan menjadi tempat penindasan berat oleh pihak Belanda. Salah satu peristiwa yang tercatat adalah penangkapan KH Ahmad Muhtadi pada 3 Juli 1949 saat sedang bekerja di sawah. Tanpa perlawanan, beliau ditangkap dan rumah serta kitab-kitabnya dibakar.

Pada 9 Juli 1949, KH Ahmad Muhtadi dan adiknya, KH Moh Amin Tunggul, dipindahkan dari markas penjara Paciran ke Lamongan. Dalam perjalanan tersebut, mereka di eksekusi oleh pihak Belanda bersama sejumlah santrinya.

Upacara Ziarah dan Penghormatan

Kini, makam KH Ahmad Muhtadi dan KH Moh Amin Tunggul berada di Desa Dagan, Paciran, Lamongan. Setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat setempat rutin menggelar renungan suci dan ziarah ke makam pahlawan ini. Hal ini menjadi bentuk penghormatan dan pengingat akan perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan.

Wakil Ketua DPRD Lamongan, Imam Fadlli, yang juga alumni dari perguruan MI, MTs, dan MA Almuhtadi, menyampaikan rasa syukur atas penghargaan yang diberikan kepada KH Ahmad Muhtadi. Menurutnya, nama beliau layak diabadikan sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan dan ilmu yang telah diberikan.

"Semoga kita bisa meneladani spirit perjuangan, nasionalisme, dan cinta tanah air Kiai Muhtadi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia," ujarnya.