
PSM Makassar Mulai Super League 2025/2026 dengan Hasil yang Mengecewakan
PSM Makassar memulai kompetisi Super League 2025/2026 dengan hasil yang tidak memuaskan. Dalam dua laga awal, tim asal Sulawesi Selatan ini hanya mampu meraih hasil imbang. Pertama, mereka bermain seri 1-1 melawan Persijap Jepara di Stadion BJ Habibie, Parepare, pada Jumat (8/8/2025). Sepekan kemudian, PSM kembali menyerah dalam pertandingan yang berakhir imbang 1-1 saat menghadapi Bhayangkara Lampung FC di Stadion PKOR Sumpah Pemuda, Bandar Lampung, Sabtu (16/8/2025).
Dari kedua laga tersebut, PSM selalu unggul lebih dulu, namun gagal mempertahankan keunggulan hingga akhir pertandingan. Kini, PSM Makassar berada di peringkat ke-12 klasemen sementara, tertinggal empat poin dari Persija Jakarta yang berada di puncak klasemen.
Sorotan Terhadap Pelatih Bernardo Tavares
Kinerja pelatih PSM, Bernardo Tavares, mulai menjadi sorotan. Banyak pengamat sepak bola menyebut bahwa taktik yang digunakan oleh pelatih asal Portugal ini dinilai kurang efektif dan mulai terbaca lawan. PSM tampil monoton dengan fokus pada compact defence dan serangan balik cepat. Namun, umpan langsung ke jantung pertahanan lawan sering tidak akurat, sehingga banyak serangan yang terbuang percuma.
Tavares mengandalkan kecepatan sektor sayap, diakhiri dengan crossing atau cut back ke kotak penalti. Sayangnya, strategi ini mudah dipatahkan oleh lawan. Hal ini membuat taktik yang digunakan dinilai mulai terbaca dan membutuhkan penyegaran strategi.
“Pelatih ini (Bernardo Tavares) sepertinya kehilangan sentuhan ajaibnya,” ujar Koordinator Komunitas VIP Utara (KVU), Ancha. Ia menilai strategi yang dipilih terasa membingungkan dan gagal menyesuaikan kekuatan serta kelemahan lawan. “Kurangnya adaptasi pelatih tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan situasi atau lawan bisa kami anggap gagal,” tambahnya.
Penilaian dari Pengamat Sepak Bola
Pengamat sepak bola Syamsuddin Umar menilai bahwa Tavares harus segera membenahi tim. PSM telah kehilangan empat poin, sementara pesaingnya sudah mengoleksi enam poin. Ia menyoroti strategi saat melawan Bhayangkara. Meski PSM tetap mengandalkan Victor Dethan dari sayap, permainannya sudah terbaca lawan.
Di lini tengah, tidak ada pemain yang mampu mengatur ritme dan desain permainan. Build up dan dukungan ke striker minim. Begitu bola didapat Akbar Tanjung cs, langsung diarahkan ke sisi kiri dan kanan untuk crossing. Namun, lawan memiliki bek tinggi sehingga mudah diantisipasi.
Ia menyarankan adanya cara lain seperti wall pass, true pass, hingga tik-tak satu-dua untuk membongkar pertahanan. “Ritme lapangan tengah belum ada yang mampu menjadi semacam desainer atau dirjen untuk mendesain sebagai build up lapangan tengah dan pensupport striker,” ujarnya.
Syamsuddin juga menyoroti build up dari kiper ke stopper dan gelandang yang belum terjalin baik. Ia menyebut desain build up seperti uji coba, kemungkinan akibat minimnya laga uji coba sebelum kompetisi. Walau begitu, ia berharap kondisi ini segera membaik.
Masalah dalam Pola Permainan
Syamsuddin menilai irama permainan PSM belum terbentuk. Berbeda dengan Persib dan Persija yang sudah menunjukkan pola permainan jelas. “Lapangan tengah ini menjadi palang pintu kedua setelah striker,” tambah pelatih yang membawa PSM juara Liga Indonesia 1999/2000 ini.
Ia menyebut PSM selalu kalah jumlah pemain saat menyerang. Striker pun kesulitan. Seharusnya jumlah pemain PSM di area pertahanan lawan minimal sama, bahkan lebih banyak. “Bagaimana kita bisa menang. Jadi harus overload atau paling tidak sama jumlahnya,” paparnya.
Terakhir, ia menilai chemistry antar pemain belum terbangun. Sepak bola adalah permainan tim dan unit, bukan individu. Walau pemain punya kualitas individu bagus, jika transisi dan desain bermain tak dilatih, akan sulit. “Chemistrynya tidak ada. Ini perlu cepat dibenahi,” pungkasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!