
Proyek Strategis Pertamina untuk Menunjang Ketahanan Energi Nasional
Pertamina, perusahaan energi terbesar di Indonesia, mengumumkan sejumlah proyek strategis yang dirancang untuk mendukung ketahanan energi negara. Proyek-proyek ini mencakup berbagai bidang mulai dari hulu hingga hilir, termasuk pengembangan energi hijau, dan diharapkan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menyampaikan bahwa proyek energi yang diluncurkan oleh Pertamina sejalan dengan program prioritas pemerintah di bidang energi nasional. Fokus utamanya adalah meningkatkan produksi migas, mempercepat transisi ke energi bersih, serta menjamin subsidi energi yang tepat sasaran.
"Pertamina berkomitmen menjadi garda terdepan dalam mewujudkan swasembada energi dan menjadi pemimpin dalam transisi energi bersih di Indonesia," ujarnya dalam pernyataan resmi.
Pengembangan Akasia Bagus di Indramayu
Salah satu proyek strategis Pertamina adalah pengembangan Akasia Bagus di Indramayu, Jawa Barat. Proyek ini dikelola oleh PT Pertamina EP, anak usaha dari subholding upstream PT Pertamina Hulu Energi. Salah satu program utama adalah pembangunan Stasiun Pengumpul Akasia Bagus Stage 1.
Stasiun pengumpul ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dan gas. Dari kapasitas awal 1.750 barel cairan per hari (BLPD) dan 3 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), kapasitas akan ditingkatkan menjadi 9.000 BLPD dan 22 MMSCFD. Stasiun pengolahan minyak ini direncanakan beroperasi secara komersial pada Agustus 2025, sedangkan pengolahan gas akan dimulai pada September 2025.
Produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF)
Proyek lain yang patut dicatat adalah UCO to SAF, di mana kilang Pertamina berhasil memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). SAF ini menggunakan katalis Merah Putih yang merupakan inovasi dari anak bangsa, yaitu Pertamina dan Institut Teknologi Bandung.
SAF menjadi bahan bakar rendah emisi pertama di Asia Tenggara yang memiliki sertifikat internasional. Pada Agustus 2025, SAF berbahan baku UCO akan diuji coba pada penerbangan komersil Pelita Air, menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang berhasil memproduksi SAF secara komersial.
Pertamina telah mengumpulkan 59.700 liter UCO dari 1.750 warga masyarakat di 10 titik pengumpul, membuktikan berjalannya ekonomi sirkuler.
Pengembangan Industri Baterai Terintegrasi
Pertamina juga meluncurkan proyek pengembangan industri baterai terintegrasi dengan kapasitas produksi 6,9 GWh per tahun pada tahap pertama. Proyek ini berlokasi di Karawang, Jawa Barat, dan bekerja sama dengan sejumlah mitra. Proyek ini diharapkan dapat menyerap ribuan tenaga kerja dan beroperasi secara komersial pada tahun 2026.
Selain itu, proyek ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap PDB nasional, pendapatan daerah, serta meningkatkan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitar lokasi.
Infrastruktur Pipa Transportasi Minyak Cikampek – Plumpang
Pembangunan infrastruktur pipa transportasi minyak Cikampek – Plumpang sepanjang 96 km merupakan bagian dari jaringan distribusi utama dari Kilang Balongan ke Plumpang. Proyek ini menyalurkan sekitar 4,6 juta kiloliter BBM per tahun.
Infrastruktur ini sangat vital untuk menjamin keandalan pasokan BBM ke wilayah Jawa Barat dan Jakarta, yang menyerap sekitar 30% konsumsi nasional. Komponen baja untuk pengerjaan proyek ini telah diperoleh dari perusahaan BUMN, sehingga Pertamina mengoptimalkan penggunaan komponen dalam negeri.
Program Subsidi Tepat BBM dan LPG
Di industri hilir, Pertamina meluncurkan Program Subsidi Tepat BBM dan LPG yang bertujuan melindungi masyarakat yang berhak menerima subsidi. Program ini memberikan tiga manfaat utama: kepentingan penerima subsidi yang tepat sasaran, akuntabilitas pemerintah, dan sustainability bisnis Pertamina.
Pengembangan Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Pertamina juga terus mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan seperti Pertamax Green 95, hasil dari pengembangan energi terbarukan dan Bioetanol. Distribusi Pertamax Green 95 saat ini mencakup DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Saat ini, terdapat 133 SPBU yang menyediakan Pertamax Green 95 dengan penyaluran lebih dari 4.000 kiloliter.
Green Energy Station (GES)
Selain itu, Pertamina mengembangkan Green Energy Station (GES) sebagai solusi energi terpadu yang ramah lingkungan. Sampai saat ini, Pertamina telah mengembangkan 442 SPBU GES, 14 SPKLU, dan 43 SPBKLU.
Pengembangan Panas Bumi
Di bidang energi hijau lainnya, Pertamina juga aktif dalam pengembangan panas bumi (geothermal) dengan mengembangkan beberapa wilayah kerja. Ini menjadi langkah penting dalam memperluas sumber energi terbarukan di Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!