
Pustakawan di Perpustakaan Sintong Bingei Berjuang Menjaga Minat Baca Masyarakat
Di sudut ruangan lantai dua Perpustakaan Umum Sintong Bingei, seorang pustakawan bernama Muhammad Zufri Nasution terlihat fokus menyusun ebook untuk perpustakaan online. Meskipun sibuk dengan tugasnya, ia tetap melayani pertanyaan pengunjung dengan ramah dan profesional.
Zufri merupakan salah satu dari enam pustakawan yang mengelola Perpustakaan Umum Sintong Bingei, yang berada di kompleks Taman Bunga, Jalan Merdeka, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Ia bekerja di sini sejak beberapa tahun lalu dan kini aktif dalam pengembangan layanan digital perpustakaan. Bahkan saat jam istirahat makan siang, ia memilih tetap berada di perpustakaan demi melayani pengunjung yang masih ada.
“Ini pas jam istirahat. Kalau pengunjung masih di sini, nggak mungkin ditinggal. Nanti nggak ada yang melayani,” ujar Zufri saat ditemui pada Rabu (10/9/2025).
Perpustakaan ini berdiri sejak 1992, hasil hibah dari pihak swasta. Nama Sintong Bingei diambil dari keluarga Bingei Purba Siboro dan hingga kini tetap melekat pada lembaga ini yang dikelola oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar.
Fasilitas dan Pengembangan Perpustakaan
Gedung perpustakaan berlantai dua ini memiliki berbagai fasilitas, termasuk ruang baca, pusat layanan, ruang arsip, sekretariat kedinasan, ruangan audio visual, dan ruang diskusi. Sejak dikelola oleh kedinasan, perpustakaan ini mengalami banyak pembaruan, termasuk merekrut pustakawan baru seperti Zufri.
Sebelumnya, Zufri bekerja di Dinas Pariwisata Pematangsiantar dan kini aktif mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi di bidang perpustakaan. Bersama lima pustakawan lainnya, Zufri fokus mengelola website dan aplikasi perpustakaan daring yang kini memiliki lebih dari 620 ebook.
Namun, ia mengakui bahwa minat baca masyarakat masih rendah. “Koleksi buku digital di Perpustakaan Nasional juga ada dan koleksinya lebih banyak. Kalau koleksi buku digital di sini masih kurang, jadi mereka memilih mengakses Perpusnas,” tambahnya.
Tantangan dalam Mengelola Perpustakaan Digital
Selain itu, Zufri juga mengungkapkan tantangan dalam menyusun perpustakaan daring, terutama dalam menjaga keamanan data dari serangan digital. “Di bagian ini saya memilih di IT dan belajar program, karena basic saya sastra Inggris dan lebih mudah membaca program,” ungkapnya.
Perpustakaan Sintong Bingei memiliki sekitar 19.000 judul dan 34.800 eksemplar buku, serta fasilitas pendukung seperti ruang ber-AC, internet, dan komputer. Sejak berdiri, perpustakaan ini telah melayani sekitar 7.000 peminjam, mayoritas di antaranya adalah mahasiswa dan pelajar.
“Berdasarkan data peminjam buku, yang paling banyak dibaca adalah buku fisik seperti novel dan sastra. Buku-buku itu cukup bagus untuk imajinasi pembaca,” kata Zufri.
Profesi Pustakawan yang Masih Dipandang Sebelah Mata
Zufri juga menyadari bahwa profesi pustakawan sering dipandang sebelah mata. “Padahal, pustakawan itu bukan hanya sekadar melayani pembaca atau menyusun buku ke dalam rak. Lebih dari itu, seorang pustakawan harus punya gagasan untuk mengembangkan perpustakaan demi menarik minat baca masyarakat,” jelasnya.
“Perhatian terhadap pustakawan masih sebelah mata. Kadang masyarakat menilai kerjanya cuma duduk-duduk dan baca buku. Padahal lebih dari itu," tambah dia.
Untuk terus meningkatkan pengetahuannya, Zufri aktif mengikuti pelatihan baik daring maupun luring. Setiap hari, pustakawan di Perpustakaan Sintong Bingei mulai bekerja pada pukul 07.30 WIB untuk menyusun buku sesuai klasifikasi.
Meskipun pekerjaan ini terasa monoton, Zufri menemukan sisi menariknya dengan bertemu berbagai pengunjung dari latar belakang berbeda setiap hari.
Kondisi Kunjungan dan Harapan Masa Depan
Kunjungan ke perpustakaan ini mencapai 200 orang per hari, terutama mahasiswa dan pelajar yang meminjam buku atau mengerjakan tugas. Namun, Zufri berharap jumlah pustakawan dapat ditambah, mengingat tantangan saat ini, yaitu jam belajar lima hari yang membuat pelajar sulit mengunjungi perpustakaan.
“Hari Jumat dan Sabtu jadi lebih ramai, karena hari biasa anak SMA pulangnya jam empat sore, sementara perpustakaan sudah tutup,” jelasnya.
Zufri menambahkan, Perpustakaan Sintong Bingei kini lebih maju dibanding sebelumnya. Setiap tahun, pustakawan merekomendasikan penambahan buku berdasarkan minat pembaca. Selain itu, perpustakaan ini juga menyediakan ruangan diskusi dan mobil perpustakaan keliling.
Para pembaca tidak dibebani biaya jika terlambat mengembalikan buku atau jika buku yang dipinjam hilang. “Dulu saya meminjam buku di perpustakaan ini ada syaratnya bayar dulu biaya kartu peminjaman buku. Sekarang tidak boleh pakai uang,” ungkap Zufri.
Setelah berbincang, Zufri kembali menatap laptopnya, tampak serius mempelajari program untuk mengembangkan perpustakaan daring.
“Tantangan library digital ini sering di-hack dan data di dalamnya terhapus. Jadi harus punya pengamanan yang memadai. Itu termasuk kendalanya. Jadi saya harus sering backup datanya,” tutupnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!