
Google Maps dan Tantangan di Korea Selatan
Google Maps adalah salah satu aplikasi peta digital yang sangat populer dan digunakan oleh jutaan pengguna di seluruh dunia. Aplikasi ini tidak hanya membantu dalam menemukan rute perjalanan, tetapi juga memberikan informasi mengenai kondisi lalu lintas serta lokasi-lokasi penting yang ingin dikunjungi. Informasi yang tersedia mencakup hampir seluruh wilayah di berbagai negara, sehingga membuatnya menjadi alat yang sangat berguna bagi para pelancong.
Namun, di Korea Selatan, penggunaan Google Maps terbatas. Banyak pengunjung asing mengeluhkan kesulitan dalam menggunakan layanan tersebut untuk mendapatkan rute perjalanan yang akurat. Seorang pelancong asal Taiwan, Eric Weng, mengatakan bahwa ia harus beralih antara tiga aplikasi peta digital lokal seperti Kakao Map dan Naver Map agar bisa mendapatkan informasi yang tepat saat berada di Korea Selatan. Hal ini membuat proses perjalanan menjadi lebih melelahkan karena perlu mengunduh dan mengoperasikan beberapa aplikasi sekaligus.
Alasan Penggunaan Google Maps yang Terbatas
Pertanyaannya, mengapa Google Maps tidak dapat digunakan secara optimal di Korea Selatan? Awal dari perseteruan ini bermula sejak tahun 2008 ketika Google Maps memberi label beberapa lokasi di Korea Selatan dengan nama Jepang. Masalah ini sangat sensitif karena Korea Selatan pernah dijajah oleh Jepang selama lebih dari tiga dekade pada awal abad ke-20. Meskipun hubungan antara kedua negara telah membaik, sengketa sejarah masih sering muncul.
Seorang ahli komunikasi dari Boston College, Soyun Ahn, menjelaskan bahwa pihak berwenang Korea Selatan sering kali meminta Google untuk mengubah label tersebut. Namun, Google menolak permintaan tersebut dan terlibat dalam beberapa kontroversi lainnya terkait pelabelan peta. Perseteruan ini berlangsung selama hampir dua puluh tahun dan hubungan antara Google dan Korea Selatan terus dipenuhi oleh ketegangan.
Kebijakan Pemerintah Korea Selatan
Pada awal 2010, Korea Selatan membuat peta satelit berskala 1:25.000 yang tersedia gratis dan dapat diakses secara daring. Peta ini digunakan oleh Google Maps untuk menggambarkan wilayah Korea Selatan. Meskipun peta ini menyediakan informasi dasar seperti lokasi kota, jalan raya, objek wisata, dan jalur kereta api, ia tidak mencakup petunjuk jalan kaki atau arahan berkendara yang detail.
Akibatnya, saat pengguna mencoba merencanakan rute, Google Maps sering kali menampilkan pesan "sepertinya tidak menemukan jalan ke sana." Google kemudian meminta akses data peta yang lebih rinci, yaitu berskala 1:5.000. Namun, sesuai hukum Korea Selatan, data tersebut tidak dapat diekspor ke server luar negeri tanpa persetujuan pemerintah.
Korea Selatan menolak permintaan Google dengan alasan bahwa Google belum menghapus data militer sensitif dari peta satelit yang ada. Dalam pernyataan resmi mereka, Google menyatakan bahwa citra satelit yang digunakan dalam peta diambil oleh perusahaan lain dan kemudian dijual. Meskipun Google mengaburkan lokasi sensitif di Google Maps dan Google Earth, citra satelit asli tetap bisa dilihat oleh siapa saja yang membelinya.
Perubahan Kebijakan di Masa Depan
Pada Oktober 2025, kebijakan mengenai akses Google Maps akan dipertimbangkan kembali. Hal ini dilakukan setelah Korea Selatan mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang menetapkan tarif 15 persen untuk barang-barang dari Korea Selatan. Dengan pemerintahan Trump yang baru, tekanan terhadap Korea Selatan kemungkinan besar akan meningkat.
Dewan antarpemerintah Korea Selatan, yang mewakili berbagai kementerian, akan membuat keputusan terkait permintaan Google. Kemungkinan besar, mereka akan menolak permintaan tersebut lagi kecuali Google memberikan konsesi besar atau menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama dengan pemerintah. Namun, ada kemungkinan Korea Selatan menyetujui permintaan tersebut sebagai langkah strategis untuk memperoleh konsesi lain dari AS, terutama dalam perdagangan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!