Demonstrasi Keras di Nepal Berujung Kematian dan Kerusakan Besar
Demonstrasi yang berlangsung di Nepal memicu kekacauan besar, termasuk kematian dan kerusakan infrastruktur. Salah satu peristiwa yang mengejutkan adalah kematian istri mantan Perdana Menteri (PM) Nepal, Rajyalaxmi Chitrakar, yang tewas setelah rumahnya dibakar oleh para demonstran di ibu kota Kathmandu.
Peristiwa ini terjadi pada hari Selasa (9/9), saat unjuk rasa ricuh berlangsung di area Dallu, tempat kediaman mantan PM Jhalanath Khanal dan istrinya. Rajyalaxmi Chitrakar terjebak di dalam rumahnya yang terbakar dan akhirnya meninggal dunia. Khanal pernah menjabat sebagai PM selama enam bulan pada tahun 2011 lalu.
Awal dari Demonstrasi: Pembatasan Akses Media Sosial
Demo yang dilakukan oleh generasi muda di Nepal dimulai ketika pemerintah mengambil kebijakan untuk memblokir akses ke beberapa platform media sosial seperti Facebook dan Instagram. Keputusan ini diambil setelah situs-situs tersebut tidak mendaftar ke Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi.
Pemerintah memberikan waktu seminggu bagi platform media sosial untuk mendaftar, mulai dari tanggal 28 Agustus. Namun, hingga tenggat waktu yang diberikan, tidak ada satupun platform yang mengajukan pendaftaran. Akibatnya, ribuan pengunjuk rasa Gen Z turun ke jalan pada Senin (8/9) untuk memprotes larangan tersebut serta tuduhan korupsi dan otoritarianisme di pihak pemerintah.
Kekerasan dan Kematian
Aksi protes tersebut berujung pada kekerasan yang menyebabkan 19 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka. Akibat tekanan besar, Perdana Menteri Nepal K.P. Sharma Oli akhirnya harus mundur dari jabatannya.
Dalam suratnya kepada Presiden Ramchandra Paudel, Oli menyatakan bahwa ia mengundurkan diri untuk membantu menyelesaikan masalah secara politis sesuai dengan konstitusi. Ia juga menyampaikan harapan agar situasi dapat segera pulih.
Demonstrasi Kembali Berlangsung dan Bentrokan
Setelah pengunduran diri Oli, demonstrasi kembali bergelora. Ribuan pemuda kembali turun ke jalan di Kathmandu, menuntut perubahan dan bentrok dengan polisi anti huru-hara. Beberapa pengunjuk rasa bahkan membakar gedung-gedung pemerintah.
Tokoh protes utama Sudan Gurung mengklaim bahwa pemerintah telah jatuh dan kaum muda berhasil memenangkan protes. Ia menulis di Instagram bahwa masa depan kini berada di tangan mereka.
Presiden Ram Chandra Poudel, kepala negara seremonial, mengimbau para pengunjuk rasa untuk terlibat dalam diskusi guna mencari resolusi damai dan menghentikan eskalasi lebih lanjut. Panglima militer Nepal Ashok Raj Sigdel juga mendesak para pengunjuk rasa untuk menghentikan demonstrasi guna mencegah hilangnya nyawa dan harta benda lebih lanjut.
Penindasan terhadap Pejabat Pemerintah
Setelah mundurnya Sharma Oli, unjuk rasa semakin memanas. Bahkan Menteri Keuangan Nepal Bishnu Prasad Paudel dikejar dan dipukuli oleh para pengunjuk rasa. Dalam video yang beredar, Paudel terlihat berlari di jalanan Kathmandu, diikuti oleh puluhan orang. Seorang pengunjuk rasa melompat dan menendang sang menteri hingga terjatuh dan menabrak tembok.
Selain itu, para pengunjuk rasa juga memukuli pemimpin Partai Kongres Nepal, Sher Bahadur Deuba, dan istrinya, Arzu Rana Deuba. Keduanya tampak berdarah, sementara satu video menunjukkan pemimpin partai tersebut ditolong ke tempat aman.
Kerusakan Besar di Berbagai Gedung Pemerintah
Asap masih keluar dari gedung parlemen, rumah presiden, sekretariat pusat yang menampung kantor perdana menteri dan kementerian utama, serta kediaman resmi perdana menteri pada hari Rabu. Gedung penerbitan Kantipur, media terbesar di Nepal, juga dibakar dan dirusak. Ruang pamer mobil juga dibakar, sementara kendaraan-kendaraan yang terbakar bertebaran di jalanan.
Para pengunjuk rasa telah menyerang gedung-gedung pemerintah dan kediaman para pemimpin politik terkemuka sepanjang hari Selasa, menyalahkan pemerintah atas tindakan polisi yang menembaki para pengunjuk rasa.
Media Sosial Kembali Aktif
Pemerintah Nepal secara resmi mencabut larangan media sosial pada Selasa (9/9), sehari setelah aksi protes besar-besaran yang berujung ricuh. Keputusan ini diambil setelah rapat kabinet darurat yang digelar setelah desakan publik, tekanan internasional, dan pengunduran diri Menteri Dalam Negeri, Ramesh lekhak.
Langkah ini menjadi respons atas tuntutan utama dari gelombang protes yang dipimpin anak muda Generasi Z, yang mempersoalkan pemblokiran 26 platform media sosial seperti Facebook, YouTube, Instagram, dan X (dulu Twitter).
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!