Pengumuman Reshuffle Kabinet dan Tanda-Tanda Perubahan Politik
Pengumuman reshuffle kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto telah menarik perhatian masyarakat luas. Perubahan pada lima posisi kementerian ini dianggap sebagai tanda adanya pergeseran dalam dinamika politik, meski belum sepenuhnya dianggap sebagai langkah radikal. Pandangan ini disampaikan oleh pengamat politik Rocky Gerung melalui kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Rocky menyatakan bahwa istilah "radical break" yang ia sampaikan sebelumnya bukan sekadar prediksi kosong, melainkan hasil dari analisis terhadap situasi sosial politik. Ia menilai bahwa keresahan publik yang memicu demonstrasi besar beberapa waktu lalu telah memaksa pemerintah untuk mengambil langkah cepat melalui perombakan kabinet.
Menurutnya, reshuffle ini memberi sinyal adanya perubahan, tetapi belum bisa dikatakan radikal sepenuhnya. Hal ini karena masih ada hitungan kuantitatif terkait posisi partai politik, terutama Golkar, yang justru tetap mendominasi.
Reshuffle Parsial dan Tanda Perubahan
Rocky menjelaskan bahwa reshuffle kali ini bersifat parsial. Meskipun beberapa menteri yang dianggap proksi Presiden Joko Widodo diganti, penggantinya tetap berasal dari Golkar. Ia menegaskan bahwa jika yang diganti adalah posisi kunci yang selama ini menjadi proksi Jokowi, maka baru bisa disebut radical break. Saat ini lebih tepat disebut mini radical break.
Ia juga menyebut masih ada "wilayah abu-abu" di kabinet, seperti jabatan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan yang masih dirangkap oleh Menteri Pertahanan, serta posisi Menteri Pemuda dan Olahraga yang belum diputuskan. Hal ini menandakan masih berlangsungnya negosiasi politik di lingkar kekuasaan.
Dampak Politik dan Ekonomi
Reshuffle ini juga dinilai akan memengaruhi stabilitas politik dan kepercayaan publik terhadap ekonomi. Pergantian Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan menjadi sorotan utama. Rocky mempertanyakan apakah penggantinya, Purbaya Yudhi Sadewa, benar-benar murni teknokrat atau bagian dari “tukar tambah politik”.
Meski bersifat parsial, reshuffle ini tetap menunjukkan bahwa Presiden mendengar tuntutan rakyat. Itu yang membuatnya tetap punya sifat radikal.
Menuju Radical Break Kedua
Rocky meyakini bahwa reshuffle kali ini hanyalah tahap pertama. Ia memprediksi akan ada “radical break” berikutnya yang lebih besar, dengan perubahan yang lebih signifikan pada kabinet. Menurutnya, tidak mungkin sekaligus dirombak semua karena bisa mengganggu stabilitas pemerintahan. Tapi ini baru cicilan pertama.
Ia menambahkan bahwa reshuffle ini juga menjadi cara Presiden Prabowo untuk mulai mengambil jarak dari pemerintahan Jokowi. Sejumlah kebijakan dan proyek strategis era Jokowi mulai dievaluasi, sebagai bentuk respon atas “deep psychology” masyarakat yang menghendaki adanya “penghukuman” terhadap rezim sebelumnya.
Katarsis Publik dan Harapan Politik
Rocky menilai bahwa reshuffle kali ini juga berfungsi sebagai katarsis politik. Respon cepat Presiden Prabowo dianggap sebagai cara untuk meredakan amarah publik. Namun, menurutnya, langkah ini masih belum cukup. Ia menyatakan bahwa pintu sudah dibuka, tapi masih ada pintu-pintu lain yang harus dibuka agar pemerintahan Prabowo terbaca sebagai pemerintahannya sendiri, bukan bayangan rezim lama.
Ia menekankan pentingnya membangun politics of hope, yaitu harapan baru bagi rakyat bahwa demokrasi dan keadilan sosial bisa ditegakkan kembali. Partai politik, kata Rocky, harus mendidik kadernya agar benar-benar memahami nilai demokrasi, sejarah intelektual bangsa, dan tugas sebagai wakil rakyat, bukan sekadar mencari popularitas.
Kepercayaan publik pada partai politik sudah hilang, digantikan oleh tokoh-tokoh opini publik di media sosial. Karena itu, harus ada desain ulang hubungan antara partai, rakyat, dan nilai demokrasi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!