
Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Lahat
Di balik hamparan hijau perbukitan dan jejak megalitik yang berusia ribuan tahun, Kabupaten Lahat sedang mempersiapkan langkah besar dalam sejarahnya. Wilayah yang selama ini dikenal sebagai simbol keragaman adat dan kekayaan alam itu kini bersiap membuka babak baru: lahirnya dua daerah otonomi baru, Kikim Area dan Besemah.
Bagi masyarakat Lahat, pemekaran bukan sekadar membelah peta administrasi. Ia adalah cermin aspirasi kolektif, perjuangan panjang yang dirawat dari generasi ke generasi, demi menghadirkan pembangunan yang lebih merata hingga ke pelosok.
Jejak Panjang dari Kolonial Hingga Reformasi
Sejarah Lahat tidak bisa dilepaskan dari masa lampau. Dari era Kesultanan Palembang, kolonial Belanda, hingga Indonesia merdeka, daerah ini sudah berkali-kali mengalami perubahan administratif. Tahun 2001, Kota Pagar Alam resmi berdiri sendiri. Enam tahun kemudian, Kabupaten Empat Lawang lahir dari rahim Lahat.
Meski begitu, identitas masyarakat tidak pernah tergerus. Marga Lematang, Kikim, dan Basemah tetap kokoh menjadi fondasi sosial budaya yang mengikat warganya, di tengah derasnya arus modernisasi.
Kikim Area: Kaya Sumber Daya, Penuh Harapan
Calon kabupaten Kikim Area terbentang lebih dari 1.490 km² dengan penduduk di atas 90 ribu jiwa. Wilayah ini kaya sumber daya alam: mulai dari batu bara, minyak bumi, hingga perkebunan yang menjanjikan.
Dengan kekuatan alam sebesar itu, Kikim Area dipercaya bisa tumbuh menjadi daerah otonom yang mandiri, sekaligus menjadi motor baru perekonomian di Sumatera Selatan.
Besemah: Tanah Subur dan Pesona Alam
Sementara itu, Besemah menawarkan wajah yang berbeda. Kawasan dataran tinggi ini dikenal subur, menghasilkan kopi dan sayuran berkualitas. Selain itu, panorama alamnya seperti air terjun, hutan tropis, hingga jejak budaya Basemah menjadi modal besar untuk pariwisata yang berkelanjutan.
Besemah seolah menggabungkan kekuatan ekonomi pertanian dengan daya tarik wisata, sebuah kombinasi yang jarang dimiliki daerah lain.
Dukungan Pemerintah dan Harapan Warga
Bupati Lahat, Bursah Zarnubi, menegaskan dukungan penuh atas wacana ini. Menurutnya, pemekaran bukan sekadar keinginan elit, melainkan kebutuhan masyarakat untuk mempercepat pembangunan.
“Pemekaran adalah jalan agar pelayanan publik lebih dekat, infrastruktur lebih merata, dan masyarakat lebih sejahtera,” ucapnya.
Warga pun menyambut optimis. Banyak yang berharap jalan-jalan desa lebih baik, akses pendidikan lebih mudah, hingga peluang kerja baru terbuka.
Tantangan yang Menanti
Namun, setiap perubahan besar selalu diiringi tantangan. Kesiapan fiskal, penataan administrasi, hingga menjaga harmoni politik dan budaya akan menjadi ujian tersendiri. Apalagi, dua daerah baru ini harus membuktikan bahwa mereka mampu berdiri tegak tanpa bergantung berlebihan pada induk kabupaten.
Lahat Menyongsong Masa Depan
Dari situs megalitik yang sunyi hingga suara lantang masyarakat menuntut pemekaran, Lahat terus menulis sejarahnya sendiri. Kikim Area dan Besemah bukan hanya calon kabupaten baru, tetapi juga simbol harapan: bahwa pembangunan harus merata, budaya harus terjaga, dan masyarakat berhak mendapat masa depan yang lebih cerah.
Lahat kini berada di persimpangan penting. Jika langkah ini berhasil, pemekaran bukan sekadar garis di atas peta, melainkan tonggak sejarah menuju kemajuan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!