Kostum Putri Duyung Sherly Tjoanda Jadi Sorotan, Ini Makna Tersembunyi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Kostum Putri Duyung Sherly Tjoanda Jadi Sorotan, Ini Makna Tersembunyi

Upacara HUT RI ke-80 di Bawah Laut Sulamadaha, Maluku Utara

Dalam memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Maluku Utara menggelar upacara bendera dengan cara yang sangat unik dan menarik perhatian publik. Upacara ini tidak dilaksanakan di lapangan atau halaman kantor pemerintahan, melainkan di bawah permukaan laut Sulamadaha, yang terletak di Kota Ternate.

Momen spesial ini semakin mencolok karena Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, turut serta secara langsung dalam upacara bawah laut ini. Ia tampil memukau dengan mengenakan kostum putri duyung (mermaid) saat mengibarkan bendera merah putih di dasar laut. Aksi luar biasa ini menjadi viral di media sosial dan mendapat banyak tanggapan positif dari masyarakat luas.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Gubernur Sherly menyampaikan bahwa inisiatif ini lahir dari kesadaran akan pentingnya laut sebagai bagian integral dari wilayah Indonesia. Menurutnya, selama ini perhatian pembangunan terlalu terfokus pada daratan, padahal sekitar 70 persen wilayah Indonesia adalah lautan, termasuk Maluku Utara.

“Upacara HUT RI di bawah laut menjadi simbol bahwa kita tidak boleh melupakan lautan. Jika upacara hanya dilakukan di darat, itu baru mencakup 30 persen dari wilayah kita,” jelas Gubernur Sherly. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa laut bukan sekadar hamparan air luas, tetapi merupakan sumber kehidupan, perekonomian, dan bagian dari identitas bangsa yang harus dijaga kelestariannya.

Pemilihan dasar laut sebagai lokasi pengibaran bendera bukan hanya aksi simbolik, melainkan juga seruan nyata untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga ekosistem laut. “Laut harus menjadi prioritas dalam pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan,” tegas Sherly.

Kegiatan pengibaran bendera merah putih di bawah laut ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan organisasi Wanita Selam Indonesia (WASI) yang dipimpin oleh Tri Tito Karnavian. Acara ini melibatkan sekitar 100 penyelam yang ikut berpartisipasi dalam upacara bawah laut yang penuh makna tersebut.

Tri Tito turut mengapresiasi langkah kreatif dan berani dari Gubernur Sherly Tjoanda. Menurutnya, inisiatif seperti ini sangat penting karena mampu membawa pesan kuat dengan cara yang tidak biasa. “Hampir seluruh daerah di Indonesia melaksanakan upacara bendera, namun hanya sedikit yang melakukannya di bawah laut. Ini adalah langkah yang inovatif dan membanggakan,” ungkap Tri Tito.

Aksi pengibaran bendera merah putih di dasar laut ini bukan hanya menjadi simbol perayaan kemerdekaan, namun juga sarana kampanye kesadaran lingkungan, khususnya terhadap kelestarian laut. Dengan cara yang unik dan inspiratif, Sherly Tjoanda berhasil menyampaikan pesan kuat bahwa kemerdekaan sejati juga berarti merdeka dalam menjaga bumi dan laut tempat kita berpijak.

“Dan mungkin tidak ada kepala daerahnya yang ikut menyelam mengibarkan bendera, apalagi Gubernur Sherly mengenakan pakaian unik yang kini dikenal seluruh Indonesia: mermaid,” imbuhnya.

Sherly Tjoanda sendiri adalah Gubernur Maluku Utara periode 2025 hingga 2023. Dia diketahui menggantikan posisi suaminya yang meninggal dalam insiden terbakarnya speedboat pada 12 Oktober 2024 lalu. Perempuan yang memiliki darah Tionghoa-Maluku ini lahir pada 8 Agustus 1982, di Ambon. Dia telah memiliki tiga orang anak dengan mendiang suaminya yaitu Benny Laos. Tiga buah hatinya itu bernama Bennet Edbert Laos, Beneisha Edelyn Laos, dan Benedictus Edrick Laos.

Dalam hal pendidikan, Sherly Tjoanda telah menyelesaikan program sarjananya di Universitas Petra Surabaya dengan jurusan International Business Management. Dia kemudian melanjutkan studinya dalam program double degree di Inholland University, Belanda dan telah lulus pada 2004. Sebelum menjadi gubernur, Sherly ternyata merupakan Direktur PT Bela Group yang merupakan perusahaan yang dikelola bersama sang suami.

Selain dikenal sebagai tokoh politik dan bisnis, perempuan satu ini ternyata juga aktif berorganisasi. Sherly Tjoanda diketahui pernah didapuk menjadi Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) serta Ketua Yayasan Bela Peduli.