
Eskalasi Konflik di Timur Tengah Akibat Serangan Israel ke Yaman
Ketegangan di kawasan Timur Tengah semakin memanas setelah militer Israel melancarkan serangan udara terhadap ibu kota Yaman, Sanaa, pada hari Minggu (25/8). Serangan ini menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 86 lainnya, menurut laporan dari stasiun televisi Al Masirah yang berafiliasi dengan kelompok Houthi.
Menurut sumber-sumber yang dekat dengan Houthi, serangan tersebut menghantam berbagai fasilitas penting, termasuk instalasi minyak, pembangkit listrik, hingga kompleks istana kepresidenan. Pihak Israel menyatakan bahwa target utama serangan adalah instalasi militer yang digunakan oleh Houthi. Namun, pihak Houthi menyangkal klaim tersebut, dengan menyebut bahwa serangan justru menargetkan infrastruktur sipil dan bangunan yang sudah tidak berfungsi.
"Apa yang dilakukan Israel adalah tindakan barbar. Istana kepresidenan yang mereka bom sudah lama kosong," ujar Abed al-Thawr, pejabat Kementerian Pertahanan Houthi, dalam pernyataannya.
Serangan Israel disebut sebagai balasan atas peluncuran rudal dan drone oleh kelompok Houthi terhadap wilayah Israel beberapa hari sebelumnya. Kelompok Houthi menegaskan bahwa aksi mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang masih menghadapi serangan militer di Gaza. "Agresi Israel terhadap Yaman tidak akan menghentikan kami untuk terus mendukung Gaza, apa pun pengorbanannya," kata Mohammed al-Bukhaiti, pejabat senior Houthi.
Al Masirah juga melaporkan bahwa sistem pertahanan udara Houthi berhasil menahan sebagian pesawat tempur Israel yang terlibat dalam serangan. Meski demikian, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Respons Internasional Terhadap Serangan
Serangan ke Yaman menuai kecaman luas dari berbagai pihak. Pemerintah yang dikuasai Houthi di Sanaa menyebutnya sebagai "kejahatan perang" yang bertujuan membuat rakyat Yaman menderita. Hamas juga mengecam serangan Israel, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Arab dan hukum internasional.
"Agresi fasis Israel ini dimaksudkan untuk menghalangi Yaman mendukung perjuangan Palestina. Kami menyerukan seluruh negara Arab, Muslim, dan kekuatan dunia untuk bersatu mengakhiri pendudukan," demikian pernyataan resmi Hamas.
Dalam sebulan terakhir, Israel dilaporkan telah menggempur pembangkit listrik dan pelabuhan di Yaman, menandai eskalasi konflik di luar Gaza. Dua hari sebelum serangan terbaru, Houthi mengklaim meluncurkan rudal hipersonik dan dua drone ke arah Israel, menegaskan komitmen mereka untuk menekan Tel Aviv hingga gempuran di Gaza berhenti.
Dampak Geopolitik yang Mengkhawatirkan
Situasi ini menambah keruwetan geopolitik di kawasan, di mana konflik Gaza kini melebar hingga melibatkan Yaman. Dengan Israel yang terus menggempur dan Houthi yang bersumpah tidak mundur, potensi perluasan perang regional kian sulit dihindari.
Pertikaian antara Israel dan Houthi tidak hanya berdampak pada Yaman dan Palestina, tetapi juga menciptakan ketidakstabilan di kawasan yang telah lama menjadi titik panas konflik. Dengan adanya ancaman dari berbagai pihak, situasi ini memicu kekhawatiran akan perang yang lebih luas dan berkepanjangan.
Kecamana dari organisasi internasional dan kelompok hak asasi manusia semakin meningkat, dengan tuntutan agar semua pihak menahan diri dan mencari solusi damai. Namun, dengan sikap keras yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak, prospek perdamaian tampaknya semakin tipis.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!