Heboh! Udang Beku RI Terkontaminasi Radioaktif, Menteri KKP Angkat Bicara

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penanganan Temuan Udang Terindikasi Mengandung Zat Radioaktif

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono, mengungkapkan bahwa pemerintah telah segera menindaklanjuti laporan terkait temuan udang yang terindikasi mengandung zat radioaktif. Proses penanganan dilakukan secara lintas instansi dengan melibatkan berbagai lembaga terkait seperti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Lembaga Hidrodinamika Indonesia (LHI), serta Legislatif Nasional Garda Nuklir (Legana).

“Sudah ditangani, sudah kita inventarisasi bersama dengan Bapeten dan LHI ya. Kita juga minta bantuan Legana karena ada indikasi radioaktif,” ujar Trenggono saat ditemui wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/8/2025).

Menurutnya, pihaknya bersama lembaga terkait masih melakukan pelacakan untuk memastikan asal-usul udang tersebut dan mencegah kemungkinan penyebarannya di pasar. “Ini kan kita bicaranya, ya ada di situ, lagi dicari gitu,” tambahnya.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengumumkan adanya temuan kandungan Cesium-137 dalam udang beku impor. FDA secara spesifik menyebutkan bahwa temuan ini terdeteksi dari produk udang beku olahan PT Bahari Makmur Sejati yang berlokasi di Indonesia. Dalam siaran pers pada Selasa (19/8/2025), FDA menyebutkan bahwa Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (U.S. Customs & Border Protection/CBP) telah mendeteksi kontaminasi Cesium-137 di kontainer pengiriman di empat pelabuhan AS yaitu Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami.

“Udang beku yang diimpor dari PT Bahari Makmur Sejati melanggar Undang-Undang Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik Federal. Investigasi FDA masih berlangsung,” tulis FDA. Meskipun tidak ada produk yang terdeteksi positif mengandung Cesium-137 masuk ke pasar Amerika Serikat, FDA tengah bekerja sama dengan distributor dan pengecer yang menerima produk dari PT Bahari Makmur Sejati setelah tanggal deteksi untuk melakukan penarikan (recall).

FDA menegaskan bahwa produk dari PT Bahari Makmur Sejati melanggar Federal Food, Drug, & Cosmetic Act karena diduga diproduksi, dikemas, atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis sehingga berpotensi terkontaminasi Cs-137 dan menimbulkan risiko terhadap keamanan. Selain itu, FDA juga menambahkan PT Bahari Makmur Sejati ke dalam daftar import alert baru terkait kontaminasi kimia, guna menghentikan produk perusahaan tersebut masuk ke AS sampai permasalahan ini diatasi. “Investigasi masih berlangsung dan kami akan memperbarui peringatan ini jika terdapat informasi terbaru,” kata FDA.

Di sisi lain, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengamankan material radioaktif berupa scrap metal (logam bekas) yang mengandung Cesium-137 setelah ditemukan di salah satu tempat pengumpulan besi bekas di sekitar Kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Adanya kontaminasi Cesium-137 dalam produk udang beku yang diproses PT Bahari Makmur Sejati asal Indonesia dan diekspor ke Amerika Serikat. Bapeten menemukan adanya material logam yang terindikasi mengandung zat radioaktif Cesium-137 di tempat pengumpulan besi bekas di kawasan tersebut.

Material radioaktif tersebut ditemukan di lapak warga yang tidak menyadari bahaya Cesium-137. Warga mengambil barang bekas yang terlihat seperti pasir atau batu untuk kemudian digunakan sebagai pondasi bangunan. Hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap potensi bahaya dari bahan-bahan yang tidak diketahui asalnya.

Dengan adanya kasus ini, pemerintah dan lembaga terkait terus berupaya untuk memastikan keamanan produk kelautan dan perikanan yang diekspor ke luar negeri. Proses investigasi dan penanganan akan terus dilakukan agar tidak terjadi hal serupa di masa depan.