Duka Israel Memunculkan Desakan Pengakuan Palestina di PBB

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perjalanan Maoz Inon Menuju Rekonsiliasi

Maoz Inon, seorang pengusaha pariwisata asal Israel yang telah aktif dalam gerakan perdamaian selama dua dekade terakhir, kehilangan kedua orangtuanya dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023. Namun, alih-alih memilih jalan balas dendam, pria berusia 49 tahun ini memilih untuk menjalani perjalanan rekonsiliasi. Kini, ia menjadi salah satu suara penting di Israel yang menyerukan komunitas internasional untuk segera mengakui Negara Palestina.

“Dengan membalas dendam atas kematian, kita tidak akan menghidupkan mereka kembali. Kita hanya akan meningkatkan siklus kekerasan, pertumpahan darah, dan balas dendam yang telah menjebak kita, bukan sejak 7 Oktober, tetapi selama seabad,” ujarnya dengan tegas. Inon menyatakan bahwa ia tidak terkejut ketika serangan itu terjadi, setelah bertahun-tahun menyaksikan pendudukan dan penindasan terhadap rakyat Palestina.

Ia mengungkapkan bahwa ia sudah memprediksi hal tersebut akan terjadi, meskipun dalam mimpi terburuknya pun ia tidak pernah membayangkan dirinya harus menghadapi konsekuensinya. Pernyataan ini disampaikannya di Tel Aviv, di mana ia mengkritik sistem pengelolaan konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Kampanye Pengakuan Palestina

Inon kini menjadi figur utama dalam kampanye bertajuk “Tidak untuk Perang – Ya untuk Pengakuan”. Petisi yang digerakkan oleh gerakan ini telah ditandatangani lebih dari 8.500 warga Israel, dengan target mencapai 10.000 tanda tangan sebelum Sidang Umum PBB digelar pekan depan. Dalam pernyataan petisi tersebut, disebutkan bahwa:

“Mengakui negara Palestina bukanlah hukuman bagi Israel, melainkan langkah menuju masa depan yang lebih aman dan lebih baik, berdasarkan pengakuan dan keamanan bersama bagi kedua bangsa.”

Gerakan ini dipimpin oleh organisasi akar rumput Israel, Zazim Community Action. Mereka memasang papan reklame di Tel Aviv dan membagikan ribuan poster sebagai bagian dari kampanye. Raluca Ganea, salah satu pendiri gerakan, menyatakan bahwa pada 8 Oktober 2023, sudah jelas bahwa doktrin pengelolaan konflik telah runtuh total, dan masyarakat kini memiliki dua pilihan: penghancuran total atau solusi dua negara.

Dukungan Internasional

Isu Palestina dipastikan akan mendominasi agenda Sidang Umum PBB, hampir dua tahun setelah serangan balasan militer Israel ke Gaza. Pertemuan ini diperkirakan menjadi momentum pengakuan resmi Negara Palestina oleh sejumlah negara Barat, termasuk Perancis, Inggris, Belgia, Kanada, dan Australia.

Ganea menekankan pentingnya pengakuan ini untuk menghentikan dehumanisasi terhadap warga Palestina, khususnya mereka yang berada di Gaza. Sementara itu, Inon menegaskan bahwa pengakuan internasional perlu diikuti dengan langkah konkret di lapangan. “Setiap orang yang menentang solusi dua negara harus dihukum, harus diberi sanksi,” katanya.

Ia juga mendorong agar komunitas internasional memberikan insentif dan investasi guna membuktikan bahwa perdamaian akan menghasilkan “kemakmuran, stabilitas, keamanan, dan keselamatan”.

Hak Dasar Rakyat Palestina

Pendekatan serupa juga diusung oleh Yonatan Zeigen, putra aktivis perdamaian Vivian Silver yang tewas dalam serangan Hamas di Kibbutz Beeri. Ia mengungkapkan bahwa ia harus menemani ibu sendiri sampai ajalnya melalui telepon. Dari pengalaman traumatis itu, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk memperjuangkan masa depan berbeda bagi kedua bangsa.

“Satu-satunya masa depan yang berkelanjutan dan layak di sini adalah kedua bangsa yang berbagi tanah,” ujarnya. Zeigen menegaskan bahwa pembebasan Palestina dan keamanan Israel bergantung pada hak asasi rakyat Palestina. “Itu hak dasar, bukan sesuatu yang bisa dinegosiasikan atau ditunda sesuai kepentingan Israel.”

Tantangan di Dalam Negeri

Namun, jalan menuju solusi dua negara tidak mudah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menegaskan penolakannya terhadap negara Palestina. Sementara kubu sayap kanan di pemerintahan justru mendorong perluasan permukiman di Tepi Barat untuk menutup peluang berdirinya negara tersebut.

Meski demikian, para aktivis tetap optimistis. “Perancis dan Jerman, belum lama ini mereka tidak dapat membayangkan diri mereka menjadi bagian dari sebuah konfederasi. Saya pikir perdamaian sama realistisnya dengan perang,” kata Zeigen.