
Tragedi 9/11 yang Masih Meninggalkan Duka Mendalam
Dua puluh empat tahun telah berlalu sejak peristiwa tragis 11 September 2001, atau yang lebih dikenal dengan istilah 9/11. Peristiwa ini masih menyisakan duka mendalam bagi banyak orang di seluruh dunia, terutama bagi warga Amerika Serikat. Pada hari itu, dua menara kembar World Trade Center (WTC) di New York runtuh akibat serangan terorisme yang dilakukan oleh pesawat yang dibajak oleh kelompok teroris. Selain itu, aksi serupa juga terjadi di Pentagon dan lapangan Pennsylvania.
Peristiwa tersebut mengakibatkan lebih dari 3.000 korban jiwa. Berdasarkan data yang dirangkum, sekitar 2.750 orang tewas di menara WTC, 184 meninggal di Pentagon, dan 40 orang lainnya meninggal di lapangan Pennsylvania. Di antara korban yang meninggal, ada pula yang tidak dapat diidentifikasi. Salah satu kasus yang menarik adalah keluarga Keating, yang terus berharap jenazah anggota keluarganya bisa ditemukan.
Paul Keating, putra Barbara Keating, menyimpan harapan bahwa jenazah ibunya bisa diidentifikasi melalui potongan kartu ATM yang ditemukannya di puing-puing tempat kejadian. Meski pada masa lalu, ahli forensik memberikan informasi bahwa kemungkinan besar DNA tidak akan bisa ditemukan karena panas dari ledakan, keajaiban terjadi beberapa tahun lalu. Kantor pemeriksaan di Kota New York menghubungi keluarganya dan memberi kabar bahwa ilmuwan forensik akan melakukan identifikasi terhadap DNA korban tragedi 9/11.
Identifikasi Korban Baru Setelah 24 Tahun
Pada 7 Agustus 2025, kantor wali kota mengumumkan bahwa tiga korban tambahan tragedi 9/11 berhasil diidentifikasi setelah 24 tahun peristiwa tersebut terjadi. Ketiga korban tersebut adalah Barbara Keating (72), Ryan Fitzgerald (26), dan seorang wanita dewasa yang identitasnya dirahasiakan atas permintaan keluarganya. Identifikasi ketiga jenazah tersebut dilakukan melalui informasi dari keluarga dan teknik analisis DNA yang canggih.
Dr. Jason Graham, kepala pemeriksa medis NYC, menyatakan bahwa komitmen untuk mengidentifikasi korban dan mengembalikan mereka kepada keluarga tetap teguh meskipun sudah hampir 25 tahun berlalu. Pihak berwenang mengungkapkan bahwa identifikasi korban baru ini dilakukan melalui tes DNA terhadap sisa-sisa jenazah yang dikumpulkan antara tahun 2001 dan 2002. Hingga saat ini, sekitar 40 persen korban masih belum teridentifikasi.
Selain tiga korban baru tahun ini, OCME telah mengidentifikasi 22 jenazah manusia yang terkait dengan individu yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Kisah Barbara Keating dan Ryan Fitzgerald
DNA Barbara Keating berhasil diidentifikasi melalui sisir miliknya yang cocok dengan sampel DNA dari saudara laki-laki dan perempuannya. Keating adalah seorang pekerja dan pensiunan advokat disabilitas yang sedang dalam perjalanan pulang ke California setelah mengunjungi keluarganya di Massachusetts. Dia naik pesawat American Airlines nomor penerbangan 11, yang kemudian dibajak oleh teroris.
Teman Keating, Mary Arthen, mengatakan bahwa Keating adalah seorang penyintas kanker payudara. Awalnya, dia tidak seharusnya ada dalam penerbangan tersebut, tetapi dia memutuskan untuk pulang dua hari lebih awal karena putrinya mengalami kecelakaan mobil ringan. Mantu laki-lakinya memintanya untuk kembali agar membantu mengasuh anaknya.
Sementara itu, Ryan Fitzgerald bekerja sebagai pedagang mata uang asing di Fiduciary Trust Company International. Perusahaan tersebut berada di lantai 94 menara WTC. Saat pesawat menabrak menara, gedung tersebut terbakar dan akhirnya runtuh, menyebabkan banyak korban jiwa.
Akhir Penantian yang Panjang
Anak Barbara Keating, Paul Keating, menyatakan bahwa identifikasi pasti jenazah ibunya menjadi penemuan paling berharga dari reruntuhan dan puing-puing tragedi 9/11. Sisir ibunya ditemukan di dalam koper yang dibawanya, dan DNA-nya kemudian cocok dengan DNA saudara laki-laki dan perempuannya.
Dr. Jason Graham menjelaskan bahwa peningkatan teknologi DNA, termasuk otomatisasi yang memungkinkan ilmuwan forensik mengekstrak sampel dari fragmen tulang, telah membantu dalam identifikasi korban. Sejauh ini, peneliti menyimpan 22.000 bagian tubuh dari reruntuhan, dengan 1.100 korban lainnya masih harus diidentifikasi.
Setiap identifikasi baru menunjukkan janji ilmiah dan upaya berkelanjutan untuk menjangkau keluarga-keluarga yang terkena dampak tragedi 9/11. Pekerjaan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka yang telah tiada.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!