
Strategi Perampingan Anak Usaha Telkom untuk Menjadi Holding Digital Infrastructure
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sedang melakukan perubahan besar dalam struktur perusahaan. Saat ini, jumlah anak usaha perusahaan mencapai sekitar 60 perusahaan. Namun, rencana yang diumumkan oleh Wakil Direktur Utama Telkom, Muhammad Awaluddin, menunjukkan bahwa jumlah tersebut akan dikurangi menjadi hanya 20-an perusahaan. Tujuan utamanya adalah memfokuskan diri pada bisnis strategis yang memiliki potensi pertumbuhan dan kontribusi terhadap kinerja perusahaan.
Tujuan Perampingan Anak Usaha
Awaluddin menjelaskan bahwa langkah ini dilakukan sebagai bagian dari transformasi bisnis Telkom. Meski belum mengungkapkan secara detail mana saja anak usaha yang akan bertahan dan mana yang akan diproses, ia menekankan bahwa tujuan utama dari perampingan adalah untuk memperkuat posisi Telkom sebagai holding digital infrastructure. Hal ini berarti perusahaan tidak lagi hanya fokus pada bisnis telekomunikasi tradisional, tetapi juga ingin mengembangkan infrastruktur digital dengan margin yang lebih sehat dan memberikan kontribusi dividen yang stabil bagi pemegang saham.
Selain itu, langkah ini juga bertujuan meningkatkan prospek valuasi perusahaan. Dengan portofolio bisnis yang lebih efisien, Telkom diharapkan mampu bersaing lebih baik di pasar dan menarik minat investor jangka panjang.
Aset yang Bakal Didivestasikan
Salah satu aset yang akan diproses dalam perampingan adalah PT Telkom Infrastruktur Indonesia atau Infranexia. Perusahaan ini fokus pada bisnis optik fiber. Direktur Strategic Bisnis Development & Portfolio Telkom, Seno Soemadji, menjelaskan bahwa Infranexia akan menjadi identitas komersial dari Infraco, yang bertujuan menciptakan value di masa depan.
Proses ini melibatkan beberapa tahapan, seperti pemisahan aset, pengamanan finansial, serta penyusunan tata kelola yang menarik bagi investor jangka panjang. Selain itu, Infranexia juga akan fokus pada pengembangan infrastruktur fiber yang saat ini baru digunakan sekitar 40 persen. Angka ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan dan ruang untuk ekspansi ke segmen yang lebih luas.
Tahap Pertama Transfer Aset ke Infranexia
Seno menjelaskan bahwa proses review atas aset ini berjalan sesuai rencana. Ini merupakan langkah penting untuk memastikan transparansi dan skalabilitas dalam setiap transaksi, baik melalui kemitraan, injeksi modal, maupun aksi korporasi.
Tahap pertama transfer aset ke Infranexia ditargetkan selesai pada akhir tahun 2025. Proses ini akan dimulai setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham. Transfer tahap pertama akan mencakup lebih dari 50 persen aset infrastruktur Telkom berdasarkan book value. Di dalamnya termasuk akses aggregation backbone dan aset pendukung lainnya.
Dengan langkah-langkah ini, Telkom berusaha memperkuat posisinya sebagai perusahaan yang tidak hanya fokus pada bisnis telekomunikasi, tetapi juga bergerak menuju infrastruktur digital yang lebih modern dan berkelanjutan. Dengan struktur yang lebih efisien dan fokus pada bisnis inti, Telkom siap menghadapi tantangan di pasar yang semakin dinamis.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!