Tampang Nenek yang Jarah Rumah Uya Kuya, Dikira Rongsokan, Alasan Kembalikan: Aku Tidak Nyolong

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peristiwa Penjarahan di Rumah Uya Kuya dan Kehidupan Rahma yang Penuh Perjuangan

Seorang nenek bernama Rahmawati Wijaya, atau lebih dikenal dengan panggilan Rahma, menjadi perhatian publik setelah terlibat dalam insiden penjarahan yang terjadi di rumah seorang artis sekaligus anggota DPR RI, Surya Utama atau Uya Kuya. Insiden ini berlangsung di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, dan menimbulkan banyak sorotan dari masyarakat luas.

Rahma, yang berusia 52 tahun, menjalani kehidupan sederhana sebagai juru parkir dan pemulung barang bekas. Ia tinggal bersama suaminya dan memiliki lima cucu, salah satunya adalah penyandang tunawicara. Kehidupannya yang penuh tantangan menjadi latar belakang dari peristiwa yang terjadi pada malam Sabtu, 30 Agustus 2025.

Pada malam itu, Jakarta sedang dilanda demonstrasi besar-besaran akibat kematian seorang pengemudi ojek online dalam bentrokan dengan aparat keamanan. Kerusuhan yang meluas hingga ke permukiman membuat banyak rumah pejabat dan tokoh publik menjadi sasaran massa yang marah. Salah satunya adalah rumah Uya Kuya.

Dalam kekacauan tersebut, Rahma tampak membawa satu karung berisi besi rongsokan yang ia temukan di depan gerbang rumah Uya Kuya. Namun, tindakan itu tidak berlangsung lama. Dua hari setelah insiden, Rahma memutuskan untuk mengembalikan barang tersebut secara sukarela.

Keputusan Rahma diterima dengan baik oleh Uya Kuya dan istrinya, Astrid Khairunnisha, yang bahkan memberikan maaf langsung kepada Rahma. Dalam sebuah wawancara eksklusif yang dilakukan di rumah kontrakannya di gang sempit Jalan Swadaya Raya, Duren Sawit, Rahma menceritakan alasan di balik keputusannya.

Ia mengaku merasa gelisah dan tidak tenang setelah mengambil barang tersebut. Bahkan, ia bercerita bahwa dirinya didatangi oleh mendiang ibunya dalam mimpi, yang membuatnya merasa berat hati dan akhirnya memutuskan untuk mengembalikan barang itu.

“Ya, (ibu datang di) mimpi saya. Diomongin sama mama saya, ‘Yuk, pulangin barangnya. Itu bukan hak kamu,’” kata Rahma sambil menirukan suara ibunya. Air matanya tak terbendung saat menceritakan bahwa ia tidak pernah berniat mencuri. Barang rongsokan itu ia temukan di depan rumah Uya Kuya, bukan di dalam rumah.

Meski sudah dimaafkan, sanksi sosial tetap menghantui. Rahma merasa malu karena banyak tetangga menyebutnya maling, padahal memulung adalah salah satu mata pencahariannya selain bekerja sebagai juru parkir di sekitar Puskesmas Duren Sawit.

“Ibu enggak nyolong demi Allah. Aku nemu di gerbang, rongsokan yang saya bawa. Aku bukan maling,” ucapnya sambil menangis. Dalam wawancara tersebut, Rahma juga menjelaskan bahwa ia hanya mencari botol bekas untuk jajan cucu. Ia melihat ada rongsokan di depan pintu rumah Uya Kuya dan membawanya pulang.

Namun, ia merasa tidak tenang dan akhirnya memutuskan untuk mengembalikan barang tersebut. Ia mengatakan bahwa ia tidak tahu isi karung itu apa dan hanya membawanya karena menemukannya di depan gerbang. Setelah mengembalikan ke Pak RT, ia dijemput ke Polres dan menghadapi pertanyaan dari petugas.

Setelah bertemu dengan Uya Kuya, Rahma langsung meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Ia mengatakan bahwa ia merasa menyesal dan khilaf. Keluarga Rahma juga merasa prihatin dengan situasi yang terjadi, terutama karena banyak orang menuduhnya maling meskipun ia tidak tahu isi karung itu.

Kini, Rahma tidak lagi melakukan pekerjaan memulung. Suaminya memberikan kerjaan jaga parkiran, sehingga ia tidak perlu lagi mencari barang bekas. Meski begitu, ia masih merasa malu dan ingin tetap jujur.

“Saya minta maaf Mas Uya, minta maaf juga ke Bunda. Rahma enggak ada niat. Bunda baik, Mas Uya juga baik,” ujarnya sambil menangis tersedu-sedu. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, termasuk bagi masyarakat yang terus menerus menilai tanpa memahami konteks.