
Kericuhan Demo di Gedung DPR/MPR Berdampak pada Fasilitas Umum
Pada hari Senin (25/8), sebuah demonstrasi yang digelar di Gedung DPR/MPR berujung pada kericuhan. Massa yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa terlihat kocar-kacir ke berbagai arah, salah satunya menuju Jalan Pejompongan Raya. Dalam perjalanan tersebut, mereka melakukan pembakaran dan merusak sejumlah fasilitas umum.
Untuk membubarkan massa, aparat kepolisian melontarkan gas air mata. Pada Selasa (26/8), aroma gas air mata masih tercium di sekitar Jalan Pejompongan Raya, sehingga menyebabkan rasa sesak pada napas dan mata yang terasa perih. Meski demikian, aktivitas masyarakat di sekitar lokasi tetap berjalan normal seperti biasanya. Arus lalu lintas juga terpantau ramai lancar tanpa mengalami kemacetan.
Selain penggunaan gas air mata, terdapat pula coretan berisi tuntutan di beberapa fasilitas umum. Beberapa pot tanaman di trotoar jalan juga rusak akibat aksi tersebut. Di sepanjang jalan, terlihat bongkahan batu kecil yang berserakan, menunjukkan adanya kerusakan fisik di area tersebut.
Seorang warga setempat mengatakan, "Kemarin (massa demo) lewat doang." Ucapannya menunjukkan bahwa warga tidak terlalu terganggu oleh kejadian tersebut, meskipun ada dampak fisik yang terlihat di lingkungan sekitar.
Sebelumnya, demonstrasi berlangsung dengan tertib. Namun, situasi berubah ketika menjelang siang hingga sore hari, kericuhan mulai terjadi. Massa yang hadir menyampaikan beberapa tuntutan yang menjadi inti dari aksi mereka.
Berikut adalah beberapa tuntutan yang disampaikan oleh para peserta demo:
-
Membuat amandemen untuk merestrukturisasi DPR
Massa menuntut MPR agar membuat amandemen terhadap sistem DPR agar lembaga legislatif benar-benar kembali menjadi representasi dari rakyat. Hal ini dimaksudkan agar DPR dapat lebih efektif dalam menjalankan fungsi sebagai wakil rakyat. -
Menghapus tunjangan DPR
Tuntutan lainnya adalah menghapus tunjangan bagi anggota DPR sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik pemborosan anggaran dan privilege yang diberikan kepada pejabat. Tuntutan ini mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap penggunaan uang rakyat yang dinilai tidak transparan dan tidak efisien.
Dari hasil demonstrasi tersebut, terlihat bahwa masyarakat memiliki harapan besar terhadap sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan transparan. Aksi yang dilakukan bukan hanya sekadar unjuk rasa, tetapi juga merupakan bentuk protes terhadap kebijakan yang dinilai tidak sesuai dengan kepentingan rakyat.
Meski terjadi kericuhan, kondisi di lokasi demonstrasi saat ini sudah kembali stabil. Masyarakat tampak kembali menjalani kehidupan sehari-hari tanpa adanya gangguan signifikan. Namun, dampak dari aksi tersebut tetap terlihat melalui kerusakan fasilitas umum dan jejak-jejak lain yang masih terlihat di sekitar lokasi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!