Serapan Capex Emiten Lesu di Kuartal I-2025, Ini Rekomendasi Sahamnya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Realisasi Capex Emen di Semester I-2025

Sejumlah perusahaan terkemuka di Indonesia telah mengungkapkan realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) pada semester pertama tahun 2025. Data ini menjadi cerminan sikap hati-hati dari para emiten dalam berekspansi, mengingat tantangan ekonomi dan politik yang masih terasa.

Berdasarkan catatan yang tersedia, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) telah menyerap capex sebesar Rp 930 miliar selama semester pertama 2025. Perusahaan unggas ini memiliki anggaran capex sebesar Rp 2 triliun untuk keseluruhan tahun 2025. Sementara itu, PT Astra International Tbk (ASII) telah membelanjakan Rp 8,8 triliun dari total anggaran Rp 26 triliun. Di sisi lain, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) telah menghabiskan Rp 2,2 triliun dari anggaran yang direncanakan antara Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun.

Dalam sektor energi dan distribusi bahan bakar, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melaporkan penyerapan capex sebesar Rp 609 miliar dari rencana awal sebesar Rp 1-1,2 triliun. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan AKRA, Suresh Vembu menjelaskan bahwa dana tersebut digunakan untuk pemeliharaan dan ekspansi di segmen perdagangan, distribusi, serta kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).

Di sektor kesehatan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) telah menghabiskan Rp 400 miliar dari anggaran capex sebesar Rp 1 triliun. Sementara itu, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga telah menyerap Rp 359 miliar dari jumlah anggaran yang sama.

Dari sektor pertambangan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah merealisasikan US$ 224,5 juta dari anggaran capex sebesar US$ 540 juta. PT Amman Mineral International (AMMN) mencatat penyerapan sebesar US$ 719 juta dari anggaran US$ 1,4 miliar, sedangkan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) telah menghabiskan US$ 20 juta dari anggaran US$ 70 juta.

Menurut Head of Corporate Secretary RAJA, Yuni Pattinasarani, capex tersebut digunakan untuk pembangunan kompresor di Sengkang, Sulawesi Selatan; pembangunan pipa BBM Tanjung Batu, Samarinda; serta pengembangan pipa di wilayah Jawa Barat.

Analisis dari Para Ahli

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi menilai realisasi capex ini mencerminkan kehati-hatian emiten dalam berekspansi. Sektor-sektor seperti KLBF, MIKA, dan JPFA dinilai lebih irit karena menunggu kepastian permintaan pasar dan stabilitas biaya bahan baku untuk menjaga likuiditas.

Di sisi lain, sektor seperti INCO dan AKRA tergolong lebih royal dengan eksekusi capex yang cepat atau sesuai jadwal, terutama untuk proyek hilirisasi atau infrastruktur energi. Alasannya, emiten masih menghadapi ketidakpastian ekonomi global, khususnya suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve.

Selain itu, reshuffle menteri keuangan dan arah kebijakan fiskal turut memengaruhi manajemen untuk bersikap konservatif sebelum melihat kebijakan baru yang mungkin memengaruhi bisnis mereka. Harga bahan baku, komoditas, serta kurs rupiah terhadap dolar yang masih bergejolak menyulitkan perhitungan internal rate of return (IRR) atau proyeksi tingkat keuntungan proyek baru.

Menurut Wafi, katalis utama yang akan memicu ekspansi bisnis emiten adalah jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga. Hal ini akan membuat biaya pendanaan turun, kondisi keuangan melonggar, dan kepercayaan investor meningkat sehingga perusahaan lebih yakin untuk berekspansi.

Apalagi, jika inflasi dan konsumsi domestik kembali menguat di semester II-2025, sektor konsumer dan kesehatan menurut Wafi bisa ikut akselerasi capex. Selain itu, jika kabinet baru sudah terbentuk dan program-program infrastruktur mulai berjalan, emiten akan lebih berani melakukan investasi.

Rekomendasi Investasi

Berdasarkan sentimen tersebut, Wafi merekomendasikan investor untuk mengincar saham AKRA dengan target harga Rp 1.500, INCO Rp 4.400, dan ASII Rp 6.500 per saham.