Pengusaha Sawit Percaya Ekspor CPO Tetap Kuat Di Tengah Tantangan Global

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Optimisme Industri Sawit Menghadapi Tantangan Pasar Global

Industri minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di Indonesia tetap optimis terhadap prospek pasar ekspor, meskipun menghadapi berbagai tantangan di tingkat global. Beberapa isu seperti pengakuan sertifikasi dari Uni Eropa dan persaingan dengan produk CPO dari negara lain menjadi fokus utama para pelaku industri.

Salah satu tantangan yang muncul adalah pengakuan sertifikasi Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) oleh Uni Eropa. Hal ini memberikan keuntungan kompetitif bagi CPO Malaysia di pasar internasional. Selain itu, pada akhir Agustus 2025 lalu, India, salah satu pasar ekspor terbesar CPO Indonesia, membeli CPO dari Kolombia dan Guatemala dengan harga lebih murah hingga US$ 10 per ton dibandingkan CPO Indonesia dan Malaysia.

India masih menjadi negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata volume ekspor mencapai 4,48 juta ton. Meski ada penurunan angka ekspor pada 2024, jumlah tersebut tetap menunjukkan permintaan yang tinggi.

Keunggulan CPO Indonesia dalam Persaingan

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, menyatakan bahwa CPO Indonesia masih memiliki nilai tambah yang signifikan. Meskipun sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) belum diakui oleh Uni Eropa, sebagian besar eksportir Indonesia telah memiliki sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), yang sudah diterima secara luas di pasar Eropa.

Eddy menegaskan bahwa dengan adanya sertifikasi tersebut, ekspor CPO Indonesia tetap aman. Namun, pemerintah dan pelaku usaha terus berupaya agar ISPO dapat diakui oleh Uni Eropa maupun negara-negara importir lainnya.

Kebutuhan Minyak Sawit di India

Meski India mengalami penurunan volume impor CPO dari Indonesia, kebutuhan akan minyak sawit tetap sangat tinggi. Pada 2023, India mengimpor 5,41 juta ton dari Indonesia, dan pada 2024 turun menjadi 4,29 juta ton. Angka ini tetap menunjukkan permintaan yang besar.

Sementara produksi CPO Kolombia pada 2024 hanya sebesar 1,72 juta ton dengan total ekspor 409 ribu ton, menunjukkan bahwa produksi Kolombia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan India. Oleh karena itu, Indonesia masih relatif aman dalam memenuhi permintaan pasar tersebut.

Diversifikasi Pasar Ekspor

Untuk mengurangi ketergantungan pada pasar India, pemerintah bersama pelaku usaha terus melakukan diversifikasi pasar. Salah satu wilayah potensial yang dituju adalah Afrika. Dengan risiko daya saing di pasar Uni Eropa, Afrika menjadi alternatif strategis bagi ekspor CPO Indonesia.

Pasar ekspor memegang peran penting dalam industri CPO Indonesia. Banyaknya pembiayaan biodiesel menggunakan dana Pungutan Ekspor (PE) daripada APBN membuat ekspor menjadi faktor krusial dalam implementasi program biodiesel. Jika ekspor menurun, maka pendapatan dari PE juga akan berkurang, yang dapat mengganggu pelaksanaan program tersebut.

Stabilitas Harga dan Antisipasi Fluktuasi

Harga CPO sebagai komoditas yang sensitif terhadap isu global cenderung fluktuatif. Namun, pelaku industri dalam negeri telah mempersiapkan diri untuk menghadapi pola ini. Eddy menyatakan bahwa kemungkinan besar ekspor tidak akan mengalami penurunan signifikan. Jika harga minyak sawit tidak lebih mahal dibandingkan minyak nabati lainnya, ekspor bisa meningkat sedikit.

Dengan antisipasi yang matang dan strategi diversifikasi pasar, industri CPO Indonesia tetap optimis menghadapi tantangan global. Keberlanjutan dan inovasi menjadi kunci utama dalam menjaga posisi Indonesia sebagai produsen CPO terkemuka di dunia.