
Kritik dan Balasan Menteri Keuangan terhadap Rocky Gerung
Purbaya Yudji Sadewa, Menteri Keuangan Republik Indonesia, mendapatkan perhatian khusus setelah mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Pernyataannya tersebut muncul sebagai respons terhadap kritik dari pengamat politik Rocky Gerung, yang sebelumnya menyampaikan pandangannya tentang gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat.
Rocky Gerung sempat mengkritik Purbaya saat ia terpeleset lidah dalam menyampaikan komentarnya tentang gerakan tersebut. Dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, pada Senin (8/9/2025), Purbaya menilai bahwa gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat hanya berasal dari sebagian kecil warga yang merasa tidak puas dengan kondisi ekonomi saat ini.
"Suara itu berasal dari sebagian kecil rakyat kita. Mungkin mereka merasa hidupnya masih kurang," ujarnya. Pernyataan ini langsung mendapat kritikan tajam dari Rocky Gerung, yang menilai bahwa kesalahan Purbaya menjadi ujian awal bagi stabilitas kabinet Presiden Prabowo Subianto.
Rocky Gerung menyampaikan bahwa reshuffle kabinet belum sepenuhnya menjawab harapan publik terkait stabilitas ekonomi dan politik. Ia juga menyoroti pentingnya kesepakatan antara tuntutan publik dan misi presiden, serta bagaimana posisi Menteri Keuangan dapat sesuai dengan watak sosialistis presiden.
Selain itu, Rocky menyinggung pernyataan Presiden Prabowo yang akan memperbaiki kabinet dengan memberikan tugas khusus pada penguatan ekonomi. Menurutnya, kepastian harus didasarkan pada keterbukaan, namun Purbaya justru mempertanyakan apakah 17+8 Tuntutan Rakyat masuk akal atau tidak.
Balasan Purbaya dalam Acara Great Lecture
Dalam acara Great Lecture, Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8 Persen, yang diselenggarakan pada Minggu (14/9/2024), Purbaya balik mengkritik Rocky Gerung. Ia menjelaskan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, termasuk masa sebelum 1998 dan setelah krisis 98.
Purbaya menekankan bahwa untuk menjadi negara maju, Indonesia harus mencapai pertumbuhan double digit selama 10 tahun. Ia mencontohkan negara-negara maju seperti Jepang, Korea, dan China yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi double digit hingga lebih dari 10 tahun.
Menurut Purbaya, domesik demand dan investasi Indonesia mencapai hampir 90 persen dari kekuatan ekonomi. Namun, ia menyoroti bahwa kebijakan pemerintah sering kali mengganggu domestik demand, sehingga membatasi pertumbuhan ekonomi.
Purbaya kemudian mulai meledek Rocky Gerung yang sering mengkritik Presiden Joko Widodo. Ia menunjukkan grafik pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Jokowi, yang menunjukkan bahwa Jokowi berjasa dalam meningkatkan ekonomi Indonesia melalui intervensi Istana.
Namun, ekonomi melesu setelah memasuki tahun 2025, karena dinilai telah dibunuh oleh kebijakan yang tidak tepat. Purbaya menegaskan bahwa ekonomi suram bukanlah hasil dari politik, tetapi dari kebijakan ekonomi yang tidak efektif.
Profil Purbaya Yudhi Sadewa
Purbaya Yudji Sadewa adalah mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sebelum menjabat Menteri Keuangan, dia dipercaya memimpin LPS sejak 2020. Pria kelahiran 1960 ini menempuh pendidikan sarjana di Teknik Elektro ITB, lalu meraih gelar Master dan Doktor Ekonomi di Purdue University, Amerika Serikat.
Karier birokrasi Purbaya cukup panjang, mulai dari Deputi Kemenko Marves, Staf Khusus di Kemenko Polhukam, hingga Deputi III Kantor Staf Presiden. Sebelum masuk birokrasi, Purbaya juga pernah bekerja di Schlumberger Overseas SA (1989–1994) dan lama berkarier di Danareksa sebagai ekonom hingga Direktur Utama Danareksa Securities.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2024, Purbaya memiliki total kekayaan Rp 39,21 miliar, naik 19,36 persen dari tahun sebelumnya Rp 32,84 miliar. Rinciannya meliputi tanah dan bangunan, kendaraan mobil, motor, surat berharga, kas dan setara kas, serta utang yang nihil.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!