
TOBA Tidak Ada Keterkaitan dengan CDIA dan Danantara
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengklaim hingga saat ini belum ada kerja sama dengan perusahaan lain, termasuk PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) maupun Danantara Indonesia terkait proyek pengelolaan sampah nasional. Direktur TOBA, Juli Oktarina, dalam acara Public Expose Live 2025 secara virtual menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki kesepakatan apapun dengan kedua pihak tersebut.
“Kami belum memiliki agreement apapun dengan CDIA ataupun dengan pihak Danantara, kami tidak memiliki keterkaitan sampai dengan saat ini,” ujar Juli Oktarina.
Minat TOBA di Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Meski tidak memiliki keterkaitan langsung dengan CDIA atau Danantara, TOBA menunjukkan ketertarikan untuk masuk ke dalam bisnis pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Senior Vice President (SVP) of Corporate Strategy & Investor Relations TBS Energi Utama, Nafi Achmad Sentausa, menjelaskan bahwa TOBA sudah memperhatikan dan mengevaluasi segmen bisnis PLTSa sejak 2018, bahkan sejak diterbitkannya Peraturan Presiden pertama mengenai pengelolaan sampah.
“Kami telah mencoba untuk mengembangkan bisnis ini sejak awal,” kata Nafi dalam Public Expose Live 2025 secara virtual.
Strategi Pendanaan yang Fleksibel
Terkait rencana pendanaan, Nafi menjelaskan bahwa TOBA akan terus melakukan evaluasi. Sebagai perusahaan terbuka, perseroan memiliki berbagai alternatif pembiayaan, baik melalui utang maupun ekuitas.
“Kami terus mencari cara untuk memanage cost of capital TOBA agar bisa mengeksekusi proyek-proyek ini. Untuk rencana pendanaan ini, kami masih cukup fleksibel dan sedang mengevaluasi sesuai dengan proyek-proyek yang akan kami dorong,” ujarnya.
Proyek Pengelolaan Sampah Nasional dan Isu Keterlibatan TOBA
Sebelumnya, Danantara meluncurkan obligasi patriotik atau Patriot Bonds yang menjadi perhatian pasar modal. Program ini disebut akan menghimpun dana hingga Rp 50 triliun untuk beberapa proyek strategis, salah satunya adalah pengelolaan sampah nasional. Hal ini memicu spekulasi tentang keterlibatan TOBA, yang sebelumnya pernah terafiliasi dengan Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir.
Pandu juga pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Utama TBS Energi Utama. Spekulasi ini semakin kuat karena adanya kabar kerja sama antara TOBA dan perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu.
Teknologi Cofiring RDF di Chandra Asri Group
Di sisi lain, PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) mulai menerapkan teknologi cofiring Refuse-Derived Fuel (RDF) secara komersial. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam mendukung transisi energi bersih serta memperkuat pengelolaan sampah berkelanjutan.
Sejak Juli 2025, cofiring RDF diterapkan pada boiler batubara Chandra Asri Group Site Office Puloampel. RDF digunakan sebagai bahan bakar alternatif sebesar 5% dari total kebutuhan energi pada boiler.
Cofiring RDF adalah metode pembakaran campuran antara RDF, yaitu sampah yang telah diproses menjadi bahan bakar, dengan batu bara. Tujuannya adalah untuk mendukung transisi energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Sampah yang dimanfaatkan dalam proses ini adalah sampah padat, khususnya organik dan anorganik, dengan volume pemanfaatan mencapai 60,33 ton sampah. Ini menunjukkan potensi besar dalam pengelolaan sampah sebagai sumber energi alternatif.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!