
Penyebab Banjir di Kota Sorong dan Upaya Pemerintah
Banjir yang sering terjadi di Kota Sorong telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat. Untuk mengatasi masalah ini, Pemkot Sorong mulai menyusun Rencana Induk Kanal, Sungai, Pantai, dan Saluran Drainase. Dokumen ini akan menjadi pedoman utama bagi seluruh perangkat daerah dalam melaksanakan program pembangunan yang bertujuan untuk mencegah banjir.
Dalam laporan pendahuluan yang disampaikan oleh konsultan, terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan banjir besar pada tahun 2023 dan 2025. Berikut penjelasannya:
1. Aktivitas Galian C
Terdapat sekitar 10 lokasi galian C yang berada di berbagai titik, seperti di belakang SMP Negeri 6, Kolam Buaya, dan Kampung Bugis. Aktivitas ini mengganggu kawasan tangkapan air, khususnya di hulu Sungai Klasaman. Akibatnya, air hujan tidak dapat terserap secara optimal dan langsung meluap ke dataran rendah, sehingga memicu banjir.
2. Penyempitan Alur Sungai dan Drainase
Penyempitan alur sungai dan drainase terjadi di beberapa titik, terutama di sekitar jembatan Perumnas. Hal ini menghambat aliran air dari hulu, sehingga menyebabkan air meluap ke permukiman warga. Selain itu, drainase di beberapa ruas jalan, seperti Jalan Melati Raya dan Kilo 9, tidak berfungsi secara optimal. Keadaan ini memperparah risiko banjir di wilayah tersebut.
3. Alih Fungsi Lahan
Banyak kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) justru beralih fungsi. Perubahan ini meningkatkan kerentanan Kota Sorong terhadap bencana banjir. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang membuat kemampuan tanah untuk menyerap air berkurang, sehingga mempercepat terjadinya banjir.
Peran Masyarakat dalam Pencegahan Banjir
Plt Sekda Kota Sorong, Ruddy Laku, menekankan bahwa Rencana Induk ini harus menjadi dokumen hidup yang dijadikan patokan dalam pengelolaan air dan infrastruktur. Ia juga menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Menurut Ruddy, hampir semua drainase dan sungai di Kota Sorong dipenuhi sampah plastik, yang menyumbat aliran air. Ia menegaskan bahwa jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan dan terjadi banjir, mereka tidak boleh hanya menyalahkan pemerintah.
"Jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan dan terjadi banjir, jangan hanya menyalahkan pemerintah," ujarnya. "Itu tidak adil. Pemerintah sudah berusaha mencari solusi, tapi dibutuhkan kedisiplinan dari masyarakat untuk menjaga kebersihan."
Langkah Strategis untuk Mengatasi Banjir
Selain penyusunan Rencana Induk, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan koordinasi antar lembaga dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Dengan kolaborasi yang baik, diharapkan banjir di Kota Sorong bisa diminimalkan dan kehidupan warga menjadi lebih aman dan nyaman.
Pemerintah juga akan terus melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap kondisi sungai dan saluran drainase. Selain itu, sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan pengelolaan sampah akan dilakukan secara rutin agar kesadaran masyarakat semakin meningkat.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan Kota Sorong dapat menjadi kota yang lebih siap menghadapi ancaman banjir dan mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!