
Memahami Dampak Buruk dari Toxic Positivity
Toxic positivity, atau kecenderungan untuk selalu memaksakan sudut pandang positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, bisa jadi tidak sepenuhnya bermanfaat. Jika dilakukan secara berlebihan, tindakan ini justru dapat menyebabkan efek negatif yang merugikan kesehatan mental seseorang.
Contohnya, ketika seseorang sedang sedih karena mengalami kegagalan dalam ujian, seseorang lain mungkin mencoba membantu dengan berkata "Bersyukur saja masih ada yang lebih buruk". Meski niatnya baik, pendekatan seperti ini justru bisa mengabaikan perasaan negatif yang sebenarnya perlu diungkapkan dan diproses. Akibatnya, proses penyembuhan mental menjadi lebih lambat dan risiko munculnya masalah psikologis baru meningkat.
Dampak Negatif dari Toxic Positivity
Menyangkal Emosi Sendiri
Kemampuan menyangkal emosi negatif bisa menjadi mekanisme pertahanan yang kuat dalam situasi tertentu. Namun, jika dilakukan secara terus-menerus, hal ini bisa menyebabkan masalah. Otak yang tidak mampu memproses emosi negatif akan menyimpan perasaan tersebut, dan akhirnya bisa meledak dalam bentuk emosi yang tidak terkendali. Padahal, jika dikelola dengan baik, emosi negatif bisa menjadi alat untuk refleksi dan pengambilan keputusan yang lebih bijak.
Memberikan Rasa Malu dan Bersalah
Saat seseorang terbiasa memaksakan diri untuk melihat segala sesuatu secara positif, mereka cenderung merasa malu dan bersalah. Mereka mungkin merasa bahwa perasaan negatif yang mereka alami tidak pantas dirasakan. Hal ini bisa memicu rasa bersalah dan malu, terutama jika mereka merasa tidak seharusnya melarutkan diri dalam emosi yang tidak menyenangkan. Jika tidak diatasi, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi pola pikir yang tetap berlangsung dalam jangka panjang.
Kesulitan dalam Memproses Emosi
Seseorang yang terbiasa dengan toxic positivity cenderung menghindari emosi negatif. Mereka mungkin menghindari pikiran, perasaan, atau tindakan yang tidak menyenangkan. Kebiasaan ini bisa berkembang menjadi pola perilaku yang melemahkan kemampuan seseorang dalam meregulasi emosi. Akibatnya, masalah internal yang tidak terselesaikan bisa muncul.
Cara Menghindari Toxic Positivity
Setelah memahami dampak buruk dari toxic positivity, penting bagi kita untuk mulai menghindarinya. Langkah pertama yang harus disadari adalah bahwa merasa sedih, marah, atau kecewa bukanlah hal yang salah. Perasaan-perasaan ini adalah bagian alami dari manusia dan perlu diakui serta dikelola dengan baik.
Jika tidak dikelola dengan benar, perasaan yang disimpan bisa menyebabkan stres dan ruminasi berlebihan. Oleh karena itu, penting untuk tetap mendengarkan dan menerima emosi yang muncul dalam diri sendiri. Bersedihlah jika perlu, marahlah jika diperlukan, dan jangan takut untuk mengekspresikan perasaan tersebut.
Bagi yang sering memberikan kata-kata penyemangat kepada orang lain, disarankan untuk lebih banyak mendengarkan daripada menyangkal perasaan teman. Dengan begitu, kita bisa membantu mereka dalam proses pemulihan tanpa membatasi ekspresi emosi yang sebenarnya dibutuhkan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!