
Perayaan Kemerdekaan yang Penuh Makna di Gili Meno
Warga dan anak-anak di Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara, merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara sederhana namun penuh makna. Berbagai kegiatan seperti upacara bendera, karnaval, peragaan busana, hingga pertunjukan wayang merdeka menarik perhatian wisatawan mancanegara. Kegiatan ini berlangsung sejak Sabtu, 16 Agustus 2025, dan menunjukkan semangat kebersamaan serta kekompakan antara warga setempat.
Gili Meno, yang terletak antara Gili Air dan Gili Trawangan, dikenal sebagai kawasan yang lebih sepi dibandingkan dua pulau tetangganya. Banyak wisatawan memilih Gili Meno sebagai tempat untuk beristirahat, karena suasana yang tenang dan alam yang indah. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari laut, menjadi pemandu snorkeling, menjalankan usaha restoran, atau bekerja sebagai buruh angkut. Beberapa warga juga keluar pulau untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kepala Dusun Gili Meno, Masrun, menjelaskan bahwa luas wilayah Gili Meno mencapai sekitar 275 hektar dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 264, atau sekitar 900 jiwa. Meskipun tidak banyak usaha penginapan, sebagian besar dilakukan kerja sama dengan investor yang memiliki modal untuk membangun vila atau penginapan. Selain itu, Gili Meno masih memiliki hutan dan kawasan hutan bakau yang terjaga, khususnya di kawasan Danau Asin.
Upacara Bendera di Tepi Pantai
Peringatan kemerdekaan pada 17 Agustus dilaksanakan di tepi pantai, sekitar 100 meter dari pelabuhan Gili Meno, mulai pukul 07.00 Wita. Selama upacara, semua aktivitas di pelabuhan terhenti sejenak. Masrun, sebagai pembina upacara, melaksanakan upacara bersama anak-anak sekolah dasar dan PAUD serta warga dengan hikmat.
Di Gili Meno, pendidikan hanya tersedia hingga tingkat sekolah dasar, sementara SMP dan SMA berada di seberang pulau atau di wilayah kabupaten. Meski begitu, upacara bendera di pulau itu berlangsung khidmat dalam kesederhanaan. Bella, seorang anak SD keturunan Belgia yang telah menetap di Gili Meno sejak lahir, menyampaikan rasa senangnya ikut dalam upacara merdeka. Dua anak wisatawan asing juga turut berpartisipasi dalam upacara, mengibarkan bendera Merah Putih dan menghormati bendera, yang menjadi bagian yang paling mereka sukai.
Keindahan Alam dan Kebersamaan
Setelah upacara selesai, anak-anak berseragam merah putih berlarian menuju pantai, sangat akrab dengan laut dan pasir putih yang lembut. Alamsyah dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi NTB) mendokumentasikan upacara bendera anak-anak Gili Meno di tepi pantai yang indah. Ia menyebutkan bahwa keindahan alam di Gili Meno sangat luar biasa, terutama saat matahari terbit, di mana keindahan Gunung Rinjani dapat dilihat dari laut.
Alamsyah juga menyebutkan bahwa Gili Meno memiliki hutan dan hutan mangrove yang masih terjaga, serta banyak burung bermigrasi ke kawasan ini. Ini membuat Gili Meno menjadi kawasan yang menenangkan sebagai tempat istirahat.
Krisis Air Bersih
Di tengah perayaan kemerdekaan, warga Gili Meno masih mengeluhkan kesulitan mendapatkan air bersih. Air dari sumur-sumur warga masih sangat asin, bukan air payau, melainkan air laut. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, warga terpaksa membeli air isi ulang atau air galon, yang sulit diperoleh karena boat publik menuju Gili Meno tidak sefrekuensi seperti Gili Trawangan.
Alamsyah menjelaskan bahwa masalah air belum terselesaikan di Gili Meno. Aliran air PDAM tidak bisa langsung menuju Meno, sehingga warga masih tergantung pada pasokan air bersih dari pemerintah, sebagian membeli air bersih secara swadaya. Pada HUT ke-80 Kemerdekaan ini, Gili Meno masih berharap adanya kemerdekaan bagi warganya dari krisis air bersih.
Pertunjukan Wayang Merdeka
Di tengah krisis air bersih, anak-anak di Gili Meno tetap menunjukkan semangat gembira. Mereka berlatih memainkan wayang merdeka yang mereka buat sendiri bersama tim Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS), Walhi NTB, dan mahasiswa Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB, dari sisa sampah botol plastik. Mereka membuat wayang botol yang sekaligus melatih anak-anak untuk menyelesaikan masalah sampah dari rumah sendiri.
Beragam wajah wayang mereka buat dan pertunjukan di malam merdeka di hadapan para wisatawan di sebuah restoran di Gili Meno. Anak-anak memainkan wayang sambil bernyanyi lagu Anak Merdeka. Sekitar 25 anak memenuhi panggung merdeka, merayakan hari kemerdekaan yang istimewa di tahun ini. Lagu mereka menutup pertunjukan singkat pada malam merdeka di Gili Meno, dengan lirik "Alam rayanya kaya, anak Gili sejahtera, semua suku agama hidup rukun bersama."
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!