Pengacara Duterte Minta Pengurangan Hukuman, Kondisi Otak Menurun Drastis

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Pengacara Duterte Minta Pengurangan Hukuman, Kondisi Otak Menurun Drastis

Persidangan Duterte di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) Dihentikan Sementara

Pengacara mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dilaporkan mengajukan permohonan keringanan terkait persidangan yang harus dijalani kliennya di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda. Permohonan ini diajukan lantaran kliennya disebut mengalami defisiensi kognitif yang signifikan.

Menurut pengadilan, kuasa hukum Duterte menyatakan bahwa kondisi kesehatan kliennya memengaruhi daya ingat serta kemampuan dalam melakukan aktivitas harian seperti visuo konstruktif dan orientasi tempat dan waktu. Selain itu, kapasitasnya dalam berpikir kompleks juga diklaim terbatasi.

Tim pembelaan menilai bahwa karena kondisi tersebut, Duterte tidak layak diadili. Mereka meminta agar semua proses hukum terkait pra-persidangan dalam kasusnya ditunda tanpa batas waktu. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kondisi kesehatan Duterte tidak akan membaik.

Sebelumnya, Kamar Pra-Persidangan ICC telah memutuskan untuk menunda dimulainya sidang konfirmasi dalam kasus Jaksa Penuntut melawan Rodrigo Roa Duterte. Sidang tersebut seharusnya dimulai pada 23 September 2025. Namun, setelah permohonan dari tim pembelaan untuk penundaan tanpa batas waktu, keputusan diambil untuk memberikan waktu cukup guna mempertimbangkan permohonan tersebut.

Beberapa anggota Kamar Pra-Persidangan I menyatakan bahwa penundaan sementara diperlukan. Namun, Hakim María del Socorro Flores Liera sempat menyampaikan pendapat berbeda dengan menyatakan bahwa permohonan dari tim pembelaan seharusnya ditolak dan proses pra-persidangan dilanjutkan, termasuk sidang konfirmasi tuduhan.

Tujuan dari sidang konfirmasi adalah menentukan apakah ada bukti yang cukup untuk membangun dasar yang kuat bahwa terdakwa melakukan masing-masing kejahatan yang didakwakan. Jika satu atau lebih tuduhan dikonfirmasi, kasus tersebut akan dialihkan ke Kamar Pengadilan, yang akan melanjutkan tahap berikutnya dari proses hukum, yaitu persidangan.

Latar Belakang Persidangan Duterte

Rodrigo Duterte, yang saat ini berusia 80 tahun, ditangkap pada 11 Maret 2025 di Manila berdasarkan surat perintah penangkapan ICC. Ia kemudian diterbangkan ke Den Haag pada hari yang sama. Ia dituduh bertanggung jawab atas ribuan kematian selama 'perang narkoba' yang dilakukannya antara tahun 2016 dan 2022.

Penangkapan Duterte didasari oleh putusan Kantor Jaksa Penuntut ICC pada 10 Februari 2025. Pada masa itu, Kantor Jaksa Penuntut ICC mengajukan permohonan surat perintah penangkapan terhadap Duterte atas kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan.

Kamar Pra-Persidangan I ICC menilai materi yang diajukan Jaksa Penuntut dan menemukan alasan yang cukup untuk meyakini bahwa Duterte bertanggung jawab secara individual sebagai pelaku bersama tidak langsung dalam kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, yang diduga terjadi di Filipina antara 1 November 2011 hingga 16 Maret 2019.

Surat perintah penangkapan terhadap Duterte dikeluarkan oleh Kamar dengan status "Rahasia" pada 7 Maret 2025 dan diklasifikasikan ulang sebagai "Publik" pada 11 Maret 2025. Pada 12 Maret 2025, Duterte diserahkan ke ICC setelah ditangkap oleh otoritas Republik Filipina sesuai dengan surat perintah penangkapan tersebut.