
Karnaval Sound di Banyuwangi Dibiayai dengan Iuran yang Menyentuh
Di Desa Sidorejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebuah kegiatan karnaval sound horeg menjadi sorotan. Acara ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat setempat, tetapi juga menunjukkan komitmen para pemuda dalam memeriahkan even tahunan.
Kegiatan tersebut dianggap sebagai bentuk ekspresi semangat dan kebersamaan. Para pemuda mengumpulkan dana iuran sebesar Rp 38 juta untuk menyewa sound system dari Jember dengan biaya sekitar Rp 30 juta. Sisanya, yaitu Rp 8 juta, digunakan untuk dekorasi penjor, logistik selama acara, serta pembuatan kaus dan kebutuhan operasional lainnya. Jika masih ada sisa uang, akan disimpan untuk kegiatan-kegiatan pemuda di masa mendatang.
Para peserta iuran berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, mulai dari petani, pedagang, pekerja ekspedisi, hingga pelajar. Meski jumlah iuran mencapai lebih dari Rp 1,5 juta per orang, mereka tetap bersedia membayar karena memiliki semangat yang sama: memeriahkan karnaval.
"Karena semangat. Kita punya tekad dan tujuan yang sama untuk memeriahkan karnaval," ujar Sony, perwakilan pemuda yang terlibat dalam iuran tersebut. Ia menjelaskan bahwa acara ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2025, saat traffic aktivitas masyarakat lebih rendah dibanding bulan Agustus. "Kita cari waktu yang tepat agar acara bisa berjalan lancar," tambahnya.
Meskipun dana yang dikeluarkan cukup besar, Sony mengaku pihaknya ikhlas dan tidak memikirkan timbal balik. Mereka lebih fokus pada keberhasilan acara dan kesenangan yang akan dirasakan oleh peserta dan pengunjung.
Dalam hal aturan, Sony menyatakan bahwa pihaknya siap patuh terhadap ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Surat Edaran Gubernur Jawa Timur menyebutkan batas kebisingan maksimal 120 desibel (dBA). Sony mengatakan, meskipun aturan tersebut kurang mengakomodasi keinginan penikmat sound horeg, ia tetap memilih mentaati aturan agar acara bisa berjalan dengan baik.
"Oke-oke saja. Di sana ada izin dari pihak kepolisian dan panitia. Jika ada yang melanggar aturan, sebaiknya dijelaskan dan dibimbing, bukan langsung ditindak tegas," katanya. Meskipun tidak bisa bermain sound secara heboh seperti biasanya, Sony menyebut bahwa mereka tetap bisa menampilkan atraksi melalui lighting, videotron, barisan, dan kostum yang menarik.
Antusiasme masyarakat terhadap karnaval sound yang digelar sejak dua tahun terakhir sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi wadah bagi para pemuda untuk menyalurkan minat mereka.
Sony juga menyampaikan bahwa stigma negatif terhadap sound horeg sering kali disebabkan oleh pandangan yang berbeda-beda. Menurutnya, para penikmat sound horeg sudah taat aturan dan membutuhkan fasilitas yang memadai untuk menyalurkan kegemaran mereka. Pihaknya berusaha agar kegiatan ini tidak bertabrakan dengan masyarakat yang kontra dengan sound horeg.
"InsyaAllah sudah memenuhi persyaratan. Semoga bisa menjadi acara yang baik dan tidak bertabrakan dengan aturan yang diterapkan supaya sama-sama enak," tutupnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!