
Inspirasi dari Tenun Tradisional yang Berhasil Mengubah Hidup
Mengisi waktu luang sering kali menjadi sumber inspirasi bagi seseorang untuk memulai usaha. Hal ini juga dialami oleh Mersia Duo Moong, seorang perajin tenun asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, ia berhasil mengubah hobi menjadi bisnis yang sukses.
Pada tahun 2013, Mersia mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sebuah perusahaan kayu di Kalimantan Utara. Saat itu, ia memutuskan untuk mencari cara lain untuk mengisi waktunya. Salah satu pilihan yang ia ambil adalah memenun, yang merupakan kebiasaan masyarakat di daerah asalnya. Keahlian tersebut akhirnya menjadi dasar dari usaha yang ia bangun.
Tenun buatan Mersia memiliki ciri khas dengan motif-motif yang berasal dari tanah kelahirannya, yaitu Flores. Kekhasan ini membuat produknya menarik minat banyak orang. Awalnya, tenun hanya digunakan untuk keperluan pribadi, tetapi seiring berjalannya waktu, pesanan mulai datang dari kolega dan tetangga. Perlahan, jumlah pesanan semakin meningkat.
Ketika merasa kewalahan, Mersia memutuskan untuk mengajak wanita-wanita di sekitar tempat tinggalnya yang juga mengalami PHK untuk bergabung dalam usaha tenun. Dari situ, terbentuklah kelompok Tenun D’Utan Kalimantan. Kelompok ini kemudian berkembang menjadi salah satu pelaku usaha kecil yang sukses.
Dua tahun setelah pembentukan kelompok, Mersia dan rekan-rekannya mendapat kesempatan untuk mengembangkan bisnis melalui pembinaan dari Dinas Perindustrian setempat. Kesempatan ini membuka jalan bagi mereka untuk mengikuti berbagai acara seperti pameran dan gelar produksi. Pada tahun 2018, Mersia juga ikut serta dalam program pembinaan dari Bank Indonesia Kalimantan Utara (BI Kaltara), yang akhirnya membawanya ke ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta.
Keikutsertaan Tenun D’Utan di berbagai acara tidak hanya meningkatkan exposure bisnis, tetapi juga memperluas jaringan. Kini, hasil tenun Mersia sudah hadir dalam bentuk tas yang merupakan kolaborasi dengan label lokal Dapoza. Selain itu, kain tenunnya sering disuplai kepada desainer lokal, sehingga bisa dijadikan bahan dasar untuk pakaian modern dengan corak Nusantara.
Menurut Mersia, produk Tenun D’utan memiliki keunggulan dari segi corak yang kental dengan nuansa Kalimantan Utara. Selain itu, teknik produksi tradisional dengan tenun manual dan pewarnaan alami menjadi nilai tambah yang menarik. Namun, ia juga mengakui bahwa kekhasan ini menjadi tantangan tersendiri. Pasar saat ini lebih menyukai corak yang rapat dengan tingkat kesulitan lebih tinggi.
Harga jual tenun yang ditawarkan oleh Mersia berkisar antara Rp 1,4 juta hingga Rp 2 juta per helai. Ia memilih untuk tidak menaikkan harga secara drastis agar tetap menjaga pasar. Dengan strategi ini, omzet Tenun D’utan bisa mencapai antara Rp 70 juta hingga Rp 80 juta per tahun.
Selain fokus pada pengembangan produk, Mersia juga terbuka terhadap peluang kolaborasi bisnis. Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi, ia terus berusaha mempertahankan kualitas dan keaslian dari hasil tenunnya. Dengan begitu, Tenun D’utan tidak hanya menjadi usaha, tetapi juga representasi budaya yang layak dihargai.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!