Lonjakan Ekspor Emas Thailand Menggeger Ekonomi Kamboja

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Lonjakan Ekspor Emas Thailand Menggeger Ekonomi Kamboja

Lonjakan Ekspor Emas Thailand ke Kamboja dalam Tujuh Bulan Pertama Tahun 2025

Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor emas Thailand ke Kamboja mengalami kenaikan signifikan selama tujuh bulan pertama tahun 2025. Angka ini mencerminkan peningkatan yang luar biasa dan menjadikan Kamboja sebagai salah satu pasar utama bagi ekspor emas Thailand di kawasan Asia Tenggara. Dalam periode tersebut, nilai ekspor emas Thailand ke negara tetangga itu meningkat sebesar 19 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, mencapai angka 71,3 miliar baht atau setara dengan Rp36,8 triliun.

Angka ini berpotensi melampaui rekor yang tercatat pada tahun 2024, yaitu sebesar 106 miliar baht (Rp54,8 triliun). Kenaikan ini membuat Kamboja bersaing dengan pusat-pusat penyulingan emas dunia seperti Swiss serta pusat perdagangan regional seperti Singapura. Peningkatan volume ekspor ini menjadi perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk kalangan industri dan pemerintah.

Kekhawatiran terhadap Dampak pada Nilai Tukar Baht dan Ekonomi

Kenaikan ekspor emas ke Kamboja disebut-sebut berpotensi memengaruhi stabilitas nilai tukar baht. Kriengkrai Thiennukul, Ketua Federasi Industri Thailand, menyatakan bahwa masuknya devisa dalam jumlah besar akibat ekspor emas ini meningkatkan permintaan terhadap baht, sehingga menyebabkan apresiasi mata uang yang tidak wajar. Apresiasi cepat baht dapat mengancam daya saing sektor ekspor Thailand dan merugikan sektor pariwisata yang sangat bergantung pada nilai tukar yang stabil.

Menurut Kriengkrai, apresiasi mata uang ini tidak mencerminkan kondisi ekonomi nyata dan membawa risiko terhadap sektor kunci seperti ekspor dan pariwisata. Hal ini bertolak belakang dengan upaya Bank of Thailand yang telah melakukan pemangkasan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Desakan untuk Investigasi atas Dugaan Aktivitas Ekonomi Gelap

Berdasarkan kekhawatiran tersebut, Komite Bersama tentang Perdagangan, Industri, dan Perbankan (JSCCIB) Thailand mendorong dilakukannya investigasi terhadap lonjakan ekspor emas ke Kamboja. Muncul dugaan bahwa aktivitas ekonomi gelap, seperti pencucian uang, mungkin dimanfaatkan melalui perdagangan emas. Hubungan Kamboja dengan kasus penipuan dan aktivitas ilegal menjadi alasan utama di balik desakan ini.

Jitti Tangsitpakdee, Presiden Asosiasi Pedagang Emas Thailand, menegaskan bahwa jalur ekspor emas yang melibatkan perantara harus diperiksa lebih lanjut. Penyelidikan ini diharapkan dapat mengungkap mekanisme transaksi dan memastikan tidak ada pelanggaran keuangan yang terjadi.

Tren Ekspor Emas di Wilayah Asia Tenggara

Lonjakan ekspor emas Thailand ke Kamboja bukanlah fenomena yang terisolasi. Di kawasan Asia Tenggara, beberapa negara juga menunjukkan tren peningkatan ekspor emas. Contohnya, Uganda berencana meningkatkan ekspor emas melalui tambang milik China, sementara Indonesia menjadi negara dengan ekspor emas dan permata terbanyak ke Swiss. Di sisi lain, Presiden Joko Widodo sempat menyampaikan keinginan untuk melarang ekspor emas, yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan pelaku bisnis seperti Antam.

Peningkatan ekspor emas Thailand ke Kamboja menunjukkan dinamika baru dalam perdagangan logam mulia di kawasan. Namun, tantangan terkait stabilitas nilai tukar dan kepatuhan hukum tetap menjadi isu penting yang perlu mendapat perhatian serius.