
Serangan Israel di Doha, Qatar: Sebuah Tindakan yang Mengguncang Stabilitas Regional
Pada hari Selasa (9/9/2025), Israel kembali melakukan serangan yang menargetkan pemimpin kelompok perlawanan Hamas. Serangan ini terjadi di Doha, ibu kota Qatar, dan menimbulkan kekhawatiran besar terhadap stabilitas regional. Pihak Qatar menganggap tindakan tersebut sebagai tindakan ceroboh dan melanggar hukum internasional karena menyasar wilayah permukiman.
Qatar menjadi negara keenam yang diserang Israel sejak 7 Oktober 2023. Pada tanggal tersebut, Hamas melakukan serangan besar-besaran terhadap Israel, yang berdampak pada kematian sekitar 1.200 orang dan penyanderaan 251 orang lainnya. Balasan dari Israel berupa serangan besar-besaran di Gaza menyebabkan kematian sekitar 65.000 warga Palestina serta kerusakan parah di wilayah tersebut. Serangan Israel terhadap wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Gaza dan Tepi Barat, telah berlangsung secara agresif selama hampir dua tahun.
Kronologi dan Lokasi Serangan
Menurut laporan dari Al Jazeera, pada pukul 15.00 waktu setempat, beberapa ledakan terdengar di Doha. Kepulan asap hitam membubung di langit kota, dengan suara ledakan terdengar di berbagai permukiman. Suara ledakan juga terdengar di kantor Al Jazeera di kota tersebut. Sekitar pukul 16.00 waktu setempat, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah menembakkan rudal ke Doha.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan sebuah kompleks yang diyakini menjadi tempat tinggal para pemimpin politik Hamas. Serangan tersebut terjadi di West Bay Lagoon, sebuah area yang menjadi pusat banyak kedutaan asing, sekolah, supermarket, dan kompleks perumahan. Tak lama kemudian, Kementerian Luar Negeri Qatar mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan tersebut.
Target Serangan
Dilansir dari BBC, Hamas menyatakan bahwa serangan Israel menargetkan delegasi negosiasi mereka yang bermukim di Doha. Qatar telah menjadi tuan rumah biro politik Hamas sejak 2012 dan memainkan peran penting dalam memfasilitasi negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel sejak serangan 7 Oktober 2023.
Delegasi Hamas berhasil selamat dari serangan tersebut. Namun, Hamas melaporkan adanya enam korban tewas, termasuk seorang pejabat keamanan Qatar. Daftar korban tewas adalah sebagai berikut:
- Humam Al-Hayya (Abu Yahya), putra kepala negosiator al-Hayya
- Jihad Labad (Abu Bilal), direktur kantor al-Hayya
- Abdullah Abdul Wahid (Abu Khalil)
- Moamen Hassouna (Abu Omar)
- Ahmed Al-Mamluk (Abu Malik)
- Kopral Badr Saad Mohammed Al-Humaidi, pasukan keamanan internal Qatar
Hamas menyatakan bahwa serangan tersebut menunjukkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya tidak lagi ingin mengarah pada perundingan perdamaian.
Negara Keenam yang Diserang Israel
Menurut laporan The Independent, Qatar adalah negara keenam yang diserang Israel sejak 7 Oktober 2023. Awalnya, serangan balasan Israel terhadap Hamas memicu serangkaian konflik yang terus berkembang. Setelah serangan Israel di Gaza dimulai, kelompok militan Lebanon, Hezbollah, mulai menembakkan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas untuk rakyat Palestina.
Israel dan Hezbollah saling melancarkan serangan sebelum akhirnya mencapai perjanjian gencatan senjata pada akhir 2024. Sementara itu, kelompok Houthi dari Yaman juga menembakkan roket ke Israel untuk mendukung Palestina, sambil menyerang kapal-kapal di Laut Merah yang dianggap membantu Israel.
Israel menargetkan wilayah-wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, termasuk bandara dan pembangkit listrik, yang dirancang untuk melemahkan kemampuan militer Houthi. Di Suriah, Israel juga melancarkan kampanye pemboman udara hanya beberapa hari setelah runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada Desember 2024, dengan tujuan menghancurkan infrastruktur militer dan target-target lainnya.
Pada Juni 2025, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke sejumlah lokasi di sebagian besar wilayah Iran, termasuk instalasi militer, target nuklir, dan depot senjata. Amerika Serikat turut serta dalam serangan-serangan ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!