
Situasi di Kabupaten Yalimo Kini Kondusif
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana mengungkapkan bahwa kondisi Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan kini sudah stabil setelah terjadi kerusuhan beberapa waktu lalu. Ia menyampaikan bahwa kegiatan masyarakat berjalan normal dan situasi di wilayah tersebut sudah kembali damai.
“Sekali lagi saya sampaikan bahwa saat ini situasi di Yalimo sudah kondusif. Aktivitas masyarakat berjalan baik dan semua kegiatan berlangsung dengan lancar,” ujar Wahyu saat memberikan pernyataan di Monas, Jakarta Pusat, pada Sabtu (20/9/2025).
Wahyu menjelaskan bahwa TNI AD sedang melakukan pembenahan di Yalimo setelah keributan mereda. Pembenahan meliputi perbaikan fasilitas yang rusak dan penanganan korban luka akibat kejadian tersebut. Ia menegaskan bahwa para korban yang terluka telah mendapatkan perawatan medis yang memadai.
“Pembenahan-pembenahan mulai dilakukan sejak keributan reda. Termasuk dalam penanganan para korban yang luka, mereka sudah dalam perawatan,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kodam 17 Cendrawasih untuk memastikan kondisi di Yalimo tetap stabil. Dari hasil komunikasi tersebut, diperoleh informasi bahwa masalah yang terjadi bukanlah sesuatu yang besar.
“Masalah ini bermula dari pertikaian kecil, yang pentingnya adalah komunikasi dan penyelesaian awal agar tidak berkembang menjadi masalah yang lebih besar,” tegas Wahyu.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa prajurit TNI yang sempat terluka akibat keributan kini kondisinya membaik. Meski jumlah korban luka tetap sebanyak enam orang, namun mereka kini dalam proses pemulihan.
Kerusuhan di Yalimo Dipicu Isu SARA
Sebelumnya, terjadi kerusuhan di Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, pada Selasa (16/9/2025). Peristiwa ini diduga dipicu oleh isu ujaran kebencian terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Dalam peristiwa tersebut, tiga orang meninggal dunia, lima anggota TNI-Polri serta belasan penduduk sipil luka-luka. Beberapa fasilitas sosial juga hangus dibakar massa.
Akibat kerusuhan, sekitar 600 warga Distrik Elelim terpaksa mengungsi ke Wamena. Di tengah situasi genting, terjadi aksi heroik dari enam personel TNI yang bertahan di lokasi untuk mengamankan guru dan warga dari ancaman massa.
Aksi Heroik Prajurit TNI
Massa mengepung sebuah bangunan tempat guru dan warga bersembunyi. Mereka membawa panah beracun dan melemparkan bom molotov yang menyebabkan beberapa orang mengalami luka bakar dan luka tembak. Di tengah ancaman tersebut, enam prajurit TNI bersenjata lengkap berada di lokasi dan bekerja sama dengan Polri untuk menenangkan massa dan memulihkan kondusivitas.
Para prajurit TNI mencoba masuk ke bangunan tempat guru dan masyarakat bersembunyi untuk mengevakuasi mereka keluar dari wilayah konflik.
Kepala Distrik Elelim, Lukas Kepno, menyaksikan langsung aksi heroik prajurit TNI tersebut. Menurutnya, tindakan itu sangat krusial karena tanpa keputusan tersebut, jumlah korban bisa bertambah banyak.
“Kami menyaksikan sendiri bagaimana prajurit menjaga kami di tengah situasi yang genting. Mereka tidak membalas serangan dengan kekerasan, justru melindungi guru dan warga agar tetap selamat. Itu adalah tindakan yang sangat manusiawi dan patut dihargai,” kata Lukas.
Maria Matuan, guru SD Negeri Elelim, mengungkapkan rasa ketakutan saat bangunan tempatnya berlindung menjadi sasaran serangan massa. Dengan suara bergetar, ia menceritakan bagaimana panah-panah berterbangan dan bom molotov memecahkan kaca jendela. Saat itu, enam prajurit TNI datang melindungi mereka dan membawa keluar dengan selamat.
Awal Kerusuhan
Polres Yalimo menyebutkan bahwa kerusuhan berawal dari ucapan rasis antarpelajar SMA. Seorang siswa SMA berinisial AB mengeluarkan ujaran yang menyinggung teman kelasnya. Ucapan rasis ini berlanjut ke perkelahian antarsiswa. Persoalan ini kemudian merembet ke wilayah luar sekolah, sehingga membuat warga asli Papua tersinggung.
Kerusuhan mulai pecah ketika para siswa membakar kios milik orangtua siswa AB. Kobaran api kemudian merambat ke mes perwira dan asrama Polres Yalimo. “Salah satu siswa inisial AB diduga mengeluarkan ujaran yang menyinggung temannya yang juga merupakan siswa di kelas tersebut,” kata Kapolres Yalimo, Kompol Joni Samonsabra.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!