
Masa Depan Indonesia yang Tidak Jelas
Indonesia, sebuah negara dengan potensi besar dan sumber daya alam yang melimpah, kini menghadapi tantangan yang cukup berat. Seiring perubahan pemerintahan dari partai ke partai dan dari sipil ke militer, tampaknya kedaulatan sebenarnya tidak lagi berada di tangan rakyat, tetapi di tangan partai politik dan lembaga legislatif seperti DPR. Konsep demokrasi yang dianut selama ini, terutama konsep bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, terasa semakin jauh dari realitas.
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pernah menyampaikan prediksi bahwa perjuangan generasi mendatang akan lebih sulit karena harus melawan bangsanya sendiri. Prediksi tersebut kini semakin relevan dengan situasi yang terjadi saat ini. Diskriminasi, pembabatan hutan, penambangan liar, intoleransi, korupsi, serta pengambilan kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat menjadi beberapa isu utama yang memperlihatkan betapa sulitnya perjalanan bangsa ini.
Kegagalan dalam Menyejahterakan Rakyat
Pada hari ulang tahun ke-80 Republik Indonesia, rakyat menghadapi berbagai kado yang tidak menyenangkan. Kado itu adalah kegagalan dalam menyejahterakan rakyat, meskipun berhasil dalam menyenangkan hati pejabat. Banyak kebijakan yang diambil oleh DPR RI dinilai tidak sejalan dengan kebutuhan rakyat. Contohnya, peningkatan tarif pajak, penambahan tunjangan DPR, seperti beras dan BBM, yang terkesan sangat tidak proporsional.
Kebijakan-kebijakan ini justru membuat rakyat menderita, sementara wakil rakyat hidup dalam kemewahan. Hal ini menjadi keprihatinan bahwa negara sudah tidak lagi berjalan sesuai cita-cita luhur bangsa. Infrastruktur yang masih tertinggal, lapangan kerja yang sulit, dan korupsi yang meningkat menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mencapai kesejahteraan yang diharapkan.
Negeri Tabola Bale: Kebijakan yang Tidak Sesuai Harapan
Lagu "Tabola Bale" yang sedang viral di media sosial bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga mengandung refleksi filosofis tentang realitas kehidupan bangsa ini. Istilah "Tabola Bale" digunakan untuk menggambarkan situasi di mana keputusan pemerintah terasa tidak sejalan dengan harapan rakyat. Keputusan-keputusan yang diambil sering kali terbalik, sehingga rakyat kecil terus dikobarkan sedangkan pejabat hidup dalam kemewahan tanpa memikirkan bagaimana menciptakan lapangan kerja.
Mental "Tabola Bale" perlu diluruskan kembali agar bangsa ini kembali berjalan sesuai cita-cita para pendiri. Rakyat harus bergerak untuk memutarbalikkan arah perjalanan bangsa ini agar kembali ke rel yang benar. Jika tidak segera diatasi, maka negara ini akan terus dihisap oleh pejabat dan koruptor, sehingga nama Indonesia hanya tinggal kenangan.
Bisnis Politik Remisi dan Abolisi
Salah satu balada lain dari Negeri Tabola Bale adalah bisnis politik remisi dan abolisi. Banyak pejabat yang terlibat kasus korupsi mendapatkan remisi dan abolisi dari pihak yang memiliki kekuasaan. Ini dianggap sebagai upaya untuk memuluskan pertarungan politik pada Pemilu 2029-2034. Demokrasi terasa seperti permainan petak umpat, di mana upaya perangi korupsi terkesan hanya slogan belaka.
Jika para koruptor diberi remisi, mereka akan terus melakukan aksinya setelah bebas. Negara ini terlalu menormalisasi para koruptor untuk kembali ke panggung politik, yang jika dibiarkan terus menerus, nasib masa depan Indonesia bisa mirip dengan Yugoslavia.
Merdeka tapi Masih Terjajah
Perayaan HUT kemerdekaan Indonesia yang dirayakan setiap tahun semakin kehilangan maknanya. Gaung kemerdekaan terkesan hanya repetisi dan formalitas, tetapi substansi kemerdekaan masih jauh dari harapan. Rakyat miskin terus bertambah, lapangan kerja sulit, dan pemerintah disibuk mengurus kepentingan diri sendiri.
Masih banyak rakyat Indonesia yang membutuhkan uluran tangan pemerintah berupa logistik, layanan kesehatan, dan pendidikan yang layak. Kasus-kasus intoleransi juga terus meningkat, di mana putra dan puteri bangsa yang ingin menyembah Tuhan digrebek bak penjahat, bahkan oleh pemerintah setempat sendiri.
Indonesia seharusnya menjadi negara yang mengakui beberapa agama, bukan negara satu agama. Realitas ini menunjukkan bahwa rasa terjajah masih berjalan terus, bukan oleh bangsa asing, tetapi oleh saudara sebangsa yang hanya karena beda agama didiskriminasi.
Kesimpulan
Indonesia perlu bersatu dan berdaulat agar rakyat sejahtera dan negeri ini maju. Mari tinggalkan isu perbedaan-perbedaan yang memecah belah bangsa ini. Kembalikan marwah kemerdekaan Indonesia ke jalan yang benar, sehingga terciptalah rakyat hidup makmur dan sentosa. “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Dirgahayu Republik Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!