
Masalah Infrastruktur yang Menghambat Kehidupan Transmigran di Desa Batu Ampar
Warga transmigran yang tinggal di Desa Batu Ampar, Kecamatan Kedurang, Bengkulu Selatan mengeluhkan berbagai kendala infrastruktur dasar yang masih belum memadai. Mereka merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari akibat kondisi jalan yang rusak, pasokan listrik yang tidak stabil, dan krisis air bersih.
Salah satu warga transmigran, Dede Kaswara (45), asal Jawa Barat, mengungkapkan bahwa akses jalan menjadi hambatan utama dalam pengembangan kawasan. Meski ada hasil pertanian, perkebunan, atau peternakan, hasil tersebut sulit dipasarkan karena kondisi jalan yang tidak memadai.
"Meskipun ada sedikit penghasilan di sini, kita tidak bisa menjualnya ke pasar karena jalan yang rusak," ujarnya.
Selain itu, masalah air bersih juga menjadi keluhan warga. Dede menyebutkan bahwa mereka terpaksa menggunakan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kondisi Jalan yang Menyulitkan Akses
Desa Batu Ampar merupakan kawasan transmigrasi yang telah dikembangkan sejak tahun 1979. Lokasinya berjarak sekitar 4 jam perjalanan darat dari pusat Kota Bengkulu. Salah satu tantangan utama di kawasan ini adalah jalan akses yang rusak parah.
Untuk mencapai desa, warga harus melewati jalan makadam yang curam sepanjang 2 kilometer. Jalan ini hanya bisa dilalui kendaraan khusus off-road atau motor bebek jika tidak ada pilihan lain. Akibatnya, kawasan ini terasa terisolasi dari wilayah lain.
Masalah jalan tidak hanya mengganggu mobilitas, tetapi juga memengaruhi aktivitas ekonomi warga. Tanpa akses yang baik, hasil pertanian dan perkebunan sulit dipasarkan, sehingga mengurangi peluang penghasilan.
Listrik yang Tidak Stabil
Selain jalan, pasokan listrik juga menjadi kendala. Warga mengandalkan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik. Namun, energi yang dihasilkan tidak cukup untuk menjamin aliran listrik 24 jam non-stop.
"Waktu malam hari, setelah jam 10, listrik sudah habis," ujar Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi saat berkunjung ke kawasan tersebut.
Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin mengatakan bahwa jaringan listrik seperti tiang listrik sebenarnya sudah tersedia di jalan menuju Batu Ampar. Namun, ia mengaku masih menunggu komunikasi dengan pihak PLN untuk mempercepat penyaluran listrik ke kawasan ini.
Potensi Pengembangan Komoditas Durian
Meski menghadapi berbagai tantangan, kawasan ini memiliki potensi pengembangan komoditas durian. Bupati Rifai Tajudin menyampaikan harapan bahwa varian-varian baru durian seperti musang king, bawor, duri hitam, dan super tembaga akan menjadi andalan di masa depan.
"Varian ini memiliki harga yang sangat tinggi. Dalam lima tahun ke depan, kami berharap bisa mengekspor produk-produk unggulan ini," katanya.
Dana ABT untuk Peningkatan Infrastruktur
Kementerian Transmigrasi memberikan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) sebesar Rp 4,5 miliar untuk Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2025. Dana ini digunakan untuk renovasi sekolah, pengadaan air bersih dan sanitasi, serta pembangunan jalan non-status penghubung desa.
Viva Yoga Mauladi menyampaikan bahwa salah satu prioritas pembangunan adalah perbaikan jalan penghubung desa sepanjang 2 kilometer. Tujuannya adalah mengurangi kerusakan jalan dan meningkatkan aksesibilitas.
Secara keseluruhan, Provinsi Bengkulu menerima ABT sebesar Rp 15,3 miliar dari Kementerian Transmigrasi. Dana ini berasal dari total ABT sebesar Rp 1,7 triliun yang diterima oleh kementerian tersebut. Dengan anggaran sebesar Rp 1,89 triliun, Kementerian Transmigrasi berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan kawasan transmigrasi yang sudah ada.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!