Sentimen Negatif Purbaya Meningkat, Unggahan Anak Jadi Viral

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Persepsi Publik terhadap Menteri Keuangan yang Baru

Pembentukan kabinet baru di bawah kepemimpinan Presiden menghasilkan beberapa perubahan penting, salah satunya adalah penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan. Penunjukan ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat dan kalangan media. Analisis Drone Emprit AI terhadap 150 sampel data dari berbagai platform media online dan sosial menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam persepsi publik terhadap Purbaya sejak hari pertamanya menjabat.

Gaya Bicara yang Dianggap Kurang Empati

Salah satu aspek utama yang menjadi sorotan adalah gaya bicara Purbaya. Pernyataannya mengenai tuntutan publik "17+8" mendapat kritik keras. Ia menyatakan bahwa aspirasi tersebut hanya datang dari sebagian kecil rakyat dan akan hilang dengan pertumbuhan ekonomi. Pernyataan ini dianggap meremehkan dan kurang berempati terhadap keluhan masyarakat.

Dalam pernyataannya, Purbaya menyebut bahwa jika pertumbuhan ekonomi mencapai 6 hingga 7 persen, masalah ini akan otomatis lenyap. Namun, hal ini justru memperkuat persepsi bahwa ia tidak memahami kompleksitas isu yang sedang dihadapi masyarakat. Akun Twitter @e100ss menilai bahwa gaya bicaranya lupa akan empati, sehingga memperkuat citra negatif di hari pertamanya.

Persepsi Arogan dan Tidak Peka

Sentimen negatif semakin meningkat setelah unggahan lama putranya, Yudo Sadewa, viral di media sosial. Dalam unggahan itu, Yudo menyebut orang miskin karena malas sambil memamerkan kartu prioritas bank miliknya. Kontroversi ini membawa persepsi arogan dan tidak peka pada Purbaya dan keluarganya.

Purbaya mencoba mengendalikan kerusakan citra dengan permintaan maaf. Dalam pernyataannya, ia menjelaskan kesalahannya sebagai akibat dari ketidaksiapan dan gaya komunikasi yang belum terpoles. Meskipun begitu, persepsi negatif tetap bertahan dan bahkan memperkuat narasi bahwa ia tidak peka terhadap realitas sosial yang sedang dihadapi masyarakat.

Gaya Komunikasi yang Mengkhawatirkan Investor

Selain itu, analisis juga menunjukkan bahwa gaya komunikasi Purbaya dinilai meresahkan investor. Ada kecemasan di kalangan pelaku bisnis terkait kemampuan dan latar belakang Purbaya. Beberapa akun seperti @logos_id mencoba mengalihkan diskusi ke ranah akademis dengan membagikan disertasi PhD Purbaya dari Purdue University. Namun, narasi ini tertutup oleh sentimen negatif yang lebih dominan.

Akun tersebut menulis bahwa gaya komunikasi Purbaya terkesan sengak dan arogan, yang berpotensi membuat pasar semakin anjlok. Menurut Fahmi, situasi ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi Purbaya menjadi risiko bagi stabilitas pasar.

Kontras dengan Pendahulunya

Persepsi publik terhadap Purbaya juga tidak dapat dipisahkan dari figur pendahulunya, Sri Mulyani. Momentum perpisahan Sri Mulyani yang sarat emosi dan penghormatan menciptakan kontras yang sangat kuat. Masyarakat lebih banyak berfokus pada kehilangan atas sosok Sri Mulyani yang diasosiasikan dengan kompetensi, integritas, dan keteguhan dalam menghadapi krisis.

Purbaya yang baru beberapa hari menjabat langsung terjebak dalam kontroversi terkait tuntutan “17+8”, dan bahkan terseret dalam isu terpisah yang melibatkan putranya. Semua ini memperkuat narasi seorang menteri yang tidak hanya kurang empatik, tapi juga dinilai lepas dari realitas sosial yang sedang dihadapi masyarakat.

Kesimpulan

Persepsi publik awal terhadap Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sangat diwarnai oleh sentimen negatif yang kuat, berakar pada blunder komunikasi pertamanya mengenai isu sensitif 17+8. Ia dianggap meremehkan aspirasi rakyat, dan gaya komunikasinya yang disebut sendiri sebagai koboi malah memperdalam krisis persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan besar menghadapi penilaian publik yang sangat kritis dan selektif.