
Kelompok Kriminal Memanfaatkan Situasi Kekacauan di Nepal
Di tengah situasi yang tidak stabil di Nepal, kelompok kriminal memanfaatkan kekacauan untuk melakukan aksi penjarahan. Mereka menyerang berbagai tempat seperti bank, toko, hingga hotel, mengambil barang-barang bernilai tinggi. Hal ini menciptakan rasa takut di kalangan warga sipil.
Kelompok-kelompok ini tidak terkait dengan gerakan pemuda atau Gen Z yang sebelumnya melakukan unjuk rasa besar-besaran untuk menentang Perdana Menteri KP Sharma Oli. Mereka justru menggunakan kerusuhan sebagai kesempatan untuk melakukan tindakan kriminal.
Pihak militer telah menangkap beberapa pelaku penjarahan. Menurut laporan, setidaknya 26 orang dituduh terlibat dalam aksi tersebut, termasuk lima orang yang ditangkap karena perampokan di Bank Rastriya Banijya. Tentara Nepal menyatakan bahwa kelompok kriminal telah "membajak" gerakan damai dengan tindakan anarkis.
Tempat yang Diserang dan Dampaknya
Penjarahan tidak hanya terjadi di bank, tetapi juga menyerang supermarket Bhatbhateni di Bhaktapur, Hotel Hyatt, serta kawasan Bouddha. Barang elektronik, makanan, minuman, hingga perabotan ikut dibawa oleh massa. Video-video di media sosial menunjukkan orang-orang masuk ke dalam toko dan membawa barang belanjaan tanpa ada yang menghentikan.
Seorang warga di Bhaktapur menggambarkan situasi yang mencekam. Awalnya hanya ada teriakan demonstran, namun kemudian ia melihat orang-orang berlari membawa barang dari toko. Tidak ada polisi saat itu.
Respons Pihak Berwenang
Buntut dari aksi penjarahan ini membuat aparat berwenang segera bertindak. Mereka langsung melakukan penangkapan terhadap para pelaku. Pasukan militer kini menjaga lokasi-lokasi rawan dan melakukan patroli malam untuk mencegah kejadian serupa.
Insiden ini menambah ketegangan di tengah protes yang sudah menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai lebih dari 500 lainnya. Masyarakat setempat khawatir aksi kriminal akan semakin memperburuk situasi yang sudah tidak stabil.
Protes yang Dimulai dari Larangan Aplikasi
Aksi demo Gen-Z di Nepal bermula dari larangan pemerintah terhadap sejumlah aplikasi pesan dan media sosial pada awal September. Larangan ini memicu amarah mahasiswa dan aktivis muda, yang kemudian meluas menjadi gerakan anti-pemerintah.
Kemarahan massa memuncak setelah bentrokan dengan polisi menewaskan puluhan orang. Gedung parlemen, Mahkamah Agung, serta kantor pemerintahan di kompleks Singha Durbar dibakar. Rumah-rumah politisi pun jadi sasaran amuk, termasuk rumah mantan Perdana Menteri Jhalanath Khanal, yang berujung pada tewasnya istrinya, Rajyalaxmi Chitrakar, akibat terjebak dalam kebakaran.
Meski pemimpin organisasi nirlaba Hami Nepal, Sudan Gurung, berkali-kali menyerukan agar demonstran tidak menyerang fasilitas publik, aksi anarkis tetap meluas.
Dunia Serukan Perdamaian
Gelombang kekerasan di Nepal menuai keprihatinan internasional. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar semua pihak menahan diri dan membuka dialog untuk mencari jalan keluar damai. Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyampaikan pesan serupa.
“Kekerasan di Nepal sangat memilukan. Saya berduka karena begitu banyak anak muda kehilangan nyawa,” ujarnya di media sosial X. “Stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan Nepal sangat penting bagi kami,” tandasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!