Indonesia dan Jepang Tingkatkan Transaksi Mata Uang Lokal, Tembus US$ 5,1 Miliar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Jepang Jadi Negara Kedua Terbesar dalam Transaksi Tanpa Dolar AS dengan Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa Jepang menjadi negara kedua terbesar setelah Tiongkok yang gencar melakukan transaksi tanpa menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Perry dalam acara High Level Campaign LCT & Launching QRIS Cross Border Indonesia-Jepang pada Senin (25/8/2025).

Perry menjelaskan bahwa BI dan Menteri Keuangan Jepang telah sepakat untuk memperluas penggunaan transaksi mata uang lokal antara Indonesia dan Jepang. Menurutnya, transaksi tersebut saat ini sudah mencapai posisi nomor dua setelah Tiongkok.

Besaran Transaksi LCT Antara Indonesia dan Jepang

Dalam laporan yang disampaikan Perry, jumlah transaksi mata uang lokal (local currency transaction/LCT) antara Indonesia dan Jepang mencapai US$ 5,1 miliar per Juli 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam kerja sama ekonomi bilateral antara kedua negara.

Perry menekankan bahwa seluruh transaksi tersebut dilakukan secara langsung antara Indonesia dan Jepang, baik melalui rupiah maupun yen. “Kami menggunakan transaksi lintas batas bilateral langsung antara rupiah dan yen,” jelasnya.

Penggunaan QRIS di Jepang

Sistem pembayaran berbasis digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) resmi dapat digunakan di Jepang pada hari yang sama dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, yaitu Minggu (17/8/2025). Penggunaan QRIS di Jepang menandai perluasan sistem ini ke luar kawasan ASEAN, setelah sebelumnya telah diterapkan di Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Pada tahap awal, masyarakat Indonesia dapat menggunakan QRIS di 35 merchant di Jepang dengan memindai JPQR Global menggunakan aplikasi pembayaran domestik. Ini memberikan kemudahan bagi para pelancong dan pengguna layanan digital.

Sinergi antara BI dan ASPI

Perluasan penggunaan QRIS merupakan hasil sinergi antara Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Tujuan utamanya adalah untuk memberikan kenyamanan dan efisiensi dalam transaksi bagi masyarakat, serta meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jepang.

Perry menegaskan bahwa penggunaan QRIS akan sangat membantu masyarakat, terutama bagi para pelancong. “Semua orang dari Indonesia, termasuk 500.000 pelancong dari Indonesia dan Jepang, tidak perlu rupiah atau yen. Yang mereka butuhkan hanyalah ponsel. Ke mana pun, Shibuya, ke mana pun, ke restoran, cukup gunakan ponsel dan QRIS,” tegasnya.

Potensi Ekonomi yang Luas

Dengan adanya kerja sama ekonomi yang semakin kuat antara Indonesia dan Jepang, potensi pertumbuhan ekonomi kedua negara menjadi lebih besar. Penggunaan transaksi mata uang lokal dan sistem pembayaran digital seperti QRIS diharapkan dapat mempercepat proses bisnis dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Selain itu, langkah ini juga menjadi indikasi bahwa Indonesia semakin aktif dalam mengembangkan sistem keuangan yang mandiri dan berkelanjutan. Dengan pengurangan ketergantungan pada dolar AS, Indonesia dan Jepang menunjukkan komitmen untuk membangun hubungan ekonomi yang lebih seimbang dan saling menguntungkan.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Meski ada banyak peluang, pengembangan sistem transaksi digital dan penggunaan mata uang lokal juga membawa tantangan. Di antaranya adalah penyesuaian regulasi, infrastruktur teknologi, dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan sistem baru.

Namun, dengan dukungan penuh dari pihak terkait dan kolaborasi yang erat antara BI, ASPI, dan pemangku kepentingan lainnya, potensi pengembangan ini bisa dimaksimalkan. Pada akhirnya, langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan sistem keuangan yang modern dan inovatif.