Eramet Targetkan Produksi Nikel 42 Juta Ton Tahun Ini

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Eramet Indonesia Tingkatkan Produksi Nikel dengan Penyesuaian RKAB

Eramet Indonesia, yang merupakan bagian dari perusahaan pertambangan Prancis Eramet Group atau Eramet SA, mengumumkan adanya revisi terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) mereka di Indonesia untuk tahun ini. Dengan revisi tersebut, perusahaan mendapatkan tambahan produksi sekitar 10 juta ton nikel.

"Kami menargetkan 42 juta ton bijih karena kami baru saja mendapatkan perpanjangan RKAB dari Kementerian ESDM untuk tambahan 10 juta. Jadi, awalnya 32 juta ton, sekarang 42 juta ton," ujar Jerome dalam sebuah acara Eramet: Journalist Class di Jakarta Pusat, Senin (25/8/2025).

Lebih lanjut, Jerome menjelaskan bahwa penambahan 10 juta ton produksi bijih adalah untuk produksi bijih nikel berkadar rendah atau limonit yang akan diproses melalui smelter dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). "RKAB baru yang kami dapatkan adalah untuk limonit. Ini untuk menyediakan kebutuhan (smelter) HPAL di Weda Bay, Nickel," katanya.

Secara keseluruhan, target produksi 42 juta ton bijih terbagi menjadi 30 juta ton nikel berkadar tinggi atau saprolit dan 12 juta ton limonit. "Di 42 juta ini, kami memiliki pada dasarnya 27 juta ton saprolit yang bisa kami jual untuk Nickel Pig Iron (NPI). Kami memiliki 3 juta (produksi) untuk plantasi sendiri. Jadi total saprolit adalah sekitar 30 juta. Lalu, limonit untuk HPAL adalah sekitar 12 juta," jelasnya.

Berdasarkan data tahun lalu, produksi Weda Bay Nickel, perusahaan patungan Eramet dengan Tsingshan, mencapai 32 juta ton pada tahun 2024. Artinya, target produksi pada tahun 2025 ini lebih besar daripada tahun sebelumnya.

Jerome juga mengungkapkan bahwa perusahaan mematok target serupa untuk RKAB 2026 yakni mencanangkan produksi sebesar 42 juta ton bijih nikel. “Tahun depan diperkirakan serupa. Juga sekitar 42 juta ton,” ucap dia.

Dalam studi kelayakan yang dilakukan, kapasitas tambang PT Weda Bay Nickel bisa mencapai 60 juta ton per tahun. Jerome memprediksi, ke depannya perusahaan bisa mendapatkan persetujuan RKAB untuk menambang 60 juta ton nikel pada 2027 atau 2028. “Saat ini kami memiliki 42 juta ton. Jika kami bisa mendapatkan (peningkatan RKAB) misalnya pada 2027, 2028, kami bisa (produksi) 60 juta ton. Itu akan membantu kami memasok ke industri HPAL,” tutupnya.

Strategi Produksi dan Teknologi yang Digunakan

Produksi nikel di Eramet Indonesia tidak hanya berfokus pada peningkatan volume, tetapi juga pada penggunaan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) digunakan untuk memproses bijih nikel berkadar rendah, yaitu limonit. Teknologi ini mampu meningkatkan efisiensi ekstraksi logam dan mengurangi dampak lingkungan dibandingkan metode tradisional.

Selain itu, perusahaan juga fokus pada pengembangan sumber daya saprolit yang memiliki kadar nikel tinggi. Saprolit ini akan dijual sebagai bahan baku untuk Nickel Pig Iron (NPI), yang sangat diminati oleh industri baja. Dengan kombinasi antara saprolit dan limonit, Eramet Indonesia mampu memenuhi permintaan pasar yang beragam.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Meski target produksi meningkat, Eramet Indonesia tetap menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi produksi dan keberlanjutan lingkungan. Perusahaan harus terus berkomitmen untuk mematuhi regulasi dan standar lingkungan yang semakin ketat.

Namun, peluang untuk ekspansi masih terbuka lebar. Dengan kapasitas tambang yang bisa mencapai 60 juta ton per tahun, Eramet Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu produsen nikel terbesar di Asia Tenggara. Dengan dukungan dari pemerintah dan mitra strategis seperti Tsingshan, perusahaan siap menghadapi tantangan dan memperkuat posisinya di pasar global.

Kesimpulan

Eramet Indonesia terus melakukan inovasi dan penyesuaian strategi untuk meningkatkan produksi nikel. Dengan revisi RKAB yang telah disetujui, perusahaan mampu menambah kapasitas produksi hingga 42 juta ton bijih nikel. Dengan teknologi HPAL dan pengelolaan sumber daya yang baik, Eramet Indonesia siap memenuhi permintaan pasar dan mendukung pertumbuhan industri logam di Indonesia.