
Aksi Demonstrasi Mahasiswa di Jakarta Berujung Ricuh
Pada Senin, 25 April 2025, aksi demonstrasi mahasiswa yang digelar di depan kompleks DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, berakhir dengan kericuhan yang memicu kekacauan di sejumlah titik. Kericuhan terjadi tidak hanya di area kantor lembaga legislatif, tetapi juga meluas ke jalan raya, fasilitas umum, dan bahkan jalur kereta api.
Peristiwa mulai memanas pada siang hari. Salah satu unit sepeda motor dibakar oleh massa di pintu masuk kendaraan roda dua yang berada di belakang Gedung DPR RI. Pembakaran ini diduga dilakukan oleh kelompok massa yang sebelumnya dibubarkan oleh aparat di depan Gedung DPR/MPR, lalu bergerak menuju Gerbang Pancasila. Tindakan tersebut menunjukkan intensitas emosi yang tinggi dari para peserta aksi.
Seiring waktu, situasi semakin memburuk. Sekitar pukul 17.00 WIB, massa berhasil menerobos masuk ke ruas Tol Dalam Kota KM 07+400. Akibatnya, Jasamarga melakukan rekayasa lalu lintas besar-besaran untuk mengurai kemacetan. Beberapa arah kendaraan dialihkan, seperti:
- Kendaraan dari arah Cawang menuju Slipi dialihkan keluar di off ramp KM 05+000.
- Kendaraan dari arah Slipi ke Cawang dialihkan keluar di off ramp KM 12+500.
Akibat tindakan ini, terjadi kemacetan panjang di sekitar Senayan dan Semanggi, yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan.
Selain itu, sebuah pos polisi di Jalan Gerbang Pemuda, Tanah Abang menjadi sasaran amuk massa. Pos tersebut mengalami kerusakan parah: kaca jendela pecah, dinding dicorat-coret cat semprot, panel listrik terbuka, serta bagian dalam dipenuhi pecahan kaca dan sampah berserakan. Hal ini menunjukkan tingkat kekerasan yang tinggi dari aksi tersebut.
Kericuhan terus meluas hingga ke rel kereta di bawah Flyover Pejompongan. Massa mencoba memanjat pagar pembatas, memadati jalur rel, dan melempari aparat dengan batu. Di tengah kekacauan, ada peserta aksi yang mengibarkan bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera bergambar anime “One Piece”. Perpaduan simbol nasional dan budaya pop ini menimbulkan perhatian khusus dari masyarakat.
KAI Commuter akhirnya melakukan rekayasa perjalanan karena situasi yang tidak kondusif. Jalur KRL terpaksa dialihkan melalui Stasiun Kebayoran, sementara beberapa perjalanan hanya bisa berhenti di Palmerah. Akibatnya, terjadi penumpukan penumpang yang sangat signifikan.
Banyak penumpang memilih untuk berjalan kaki di rel menuju Palmerah, sambil menutup hidung dan mata akibat gas air mata yang menyelimuti kawasan. Situasi ini menunjukkan betapa sulitnya kondisi transportasi umum akibat aksi demonstrasi yang berujung ricuh.
Secara keseluruhan, aksi yang awalnya dimaksudkan sebagai bentuk ekspresi aspirasi mahasiswa berubah menjadi peristiwa yang merugikan banyak pihak. Kericuhan ini juga membawa dampak luas terhadap infrastruktur dan layanan publik di kawasan Jakarta.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!