
Insiden Penikaman di Masjid Baiturrahman yang Viral di Media Sosial
Sebuah kejadian tak terduga terjadi di Masjid Baiturrahman, Kabupaten Morowali Utara. Seorang imam masjid menjadi korban penikaman oleh seorang pemuda berusia 23 tahun saat sedang melaksanakan sholat subuh. Kejadian ini kemudian menyebar luas di media sosial melalui rekaman CCTV yang ada di dalam masjid.
Salah satu jamaah masjid, H Husein, mengungkapkan bahwa pelaku sudah tiba lebih dulu di masjid sebelum waktu sholat subuh dimulai. Ia menjelaskan bahwa pelaku meletakkan sandalnya di teras masjid, lalu korban memberikan teguran kepada pelaku.
“Ustad ini menegur, bang tolong sandalnya ditaruh saja dibawah,” ujar Husein menirukan ucapan korban saat ditemui di masjid Baiturrahman pada Senin (25/8/2025) malam.
Setelah mendapatkan penjelasan dari ustad, pelaku kemudian diberi kesempatan untuk melanjutkan sholat. Ustad Muhammad Jumali selanjutnya membaca azan subuh. Saat itu, Husein menyebutkan bahwa posisi pelaku dan dirinya berada di baris pertama.
Ia juga menjelaskan bahwa selama sholat, pelaku tampak gemetar tangan. “Pada rakaat pertama, tangannya gemetar. Begitu pula pada rakaat kedua, saya kira orang ini (pelaku) kemasukan jin,” tambah Husein.
Saat sholat subuh berlangsung, ustad tersebut membaca Surat Ar-Rahman. Husein mengatakan bahwa ia merasa pelaku sedang dalam kondisi tidak stabil. “Ada di benak saya waktu sholat pelaku ini kesurupan,” ujarnya.
Pada rakaat kedua, Husein menyebutkan bahwa pelaku tiba-tiba mengeluarkan senjata tajam. “Pelaku cabut pisaunya kemudian saat itu ustad mau rukuk, dia tikam imam dari arah sebelah kanan sebanyak satu kali,” jelas Husein.
Kejadian ini memicu reaksi cepat dari para jamaah yang hadir. Beberapa dari mereka langsung berusaha mencegah pelaku dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib. Kini, kasus ini sedang ditangani secara hukum agar dapat diketahui penyebab pasti dan penanganan yang tepat.
Insiden ini juga mengundang perhatian publik, terutama karena viralnya rekaman CCTV yang menunjukkan kejadian tersebut. Masyarakat mulai mempertanyakan bagaimana kejadian seperti ini bisa terjadi di tempat ibadah yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan damai.
Dari pengakuan saksi mata, terlihat bahwa pelaku tampak tidak stabil secara emosional atau psikologis. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang perlunya pendekatan yang lebih baik dalam menghadapi individu dengan kondisi seperti ini, terutama di lingkungan umum.
Selain itu, kejadian ini juga menjadi pengingat penting bagi pengurus masjid dan komunitas setempat untuk meningkatkan keamanan dan kesadaran akan risiko yang bisa terjadi. Dengan adanya langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat, diharapkan insiden serupa tidak terulang lagi di masa depan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!