BNI Optimalkan Kredit Naik 10 Persen dari Sektor Korporasi Berkualitas

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pertumbuhan Kredit BNI Tahun Ini Diharapkan Mencapai 8-10 Persen

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki target pertumbuhan kredit sebesar 8 hingga 10 persen pada tahun ini. Pada semester pertama tahun 2025, BNI mencatat total penyaluran kredit sebesar Rp 778,7 triliun, yang tumbuh sebesar 7,1 persen. Angka ini sedikit di bawah target yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Head of Investor Relations BNI, Yohan Setio, penyaluran kredit pada semester kedua tahun 2025 diperkirakan akan meningkat. Ia menjelaskan bahwa secara historis, siklus pemberian kredit cenderung lebih berat di semester kedua, terutama pada kuartal keempat. Hal ini disebabkan oleh siklus modal kerja atau investasi perusahaan yang biasanya terjadi di akhir tahun.

Yohan menyatakan bahwa BNI optimistis dapat mencapai target pertumbuhan kredit tersebut. Menurutnya, pertumbuhan kredit masih akan didukung oleh segmen korporasi, yang saat ini menyumbang sekitar setengah dari total portofolio pinjaman BNI. Ia memperkirakan bahwa kredit di segmen korporasi akan tetap tumbuh sekitar 10 persen, dengan fokus pada pembiayaan nasabah korporasi yang termasuk dalam kategori blue chip.

Ekspansi bisnis nasabah korporasi blue chip dinilai lebih stabil karena siklus modal kerja yang terprediksi serta tidak terlalu rentan terhadap volatilitas. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini juga sesuai dengan kondisi ekonomi yang ada.

Dari diskusi yang dilakukan BNI dengan para nasabah korporasi, terlihat bahwa permintaan kredit masih kuat, terutama pada sektor fast moving consumer goods (FMCG), industri berbasis teknologi dan telekomunikasi, termasuk data center serta perusahaan menara telekomunikasi.

Selain segmen korporasi, BNI juga membidik segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta komersial sebagai sumber pertumbuhan kredit. Perusahaan optimistis bahwa segmen UMKM dan komersial bisa tumbuh antara 5 hingga 10 persen.

Tidak hanya itu, Yohan mengatakan bahwa segmen konsumer juga menjadi salah satu sektor yang paling stabil. Tingkat utang rumah tangga di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara pasar muncul lainnya. Menurut Yohan, kondisi ini mendorong permintaan alami untuk produk seperti Kredit Perumahan Rakyat, kendaraan bermotor, dan personal loan.

Meskipun demikian, BNI menargetkan pertumbuhan kredit konsumer sekitar 10 persen saja, dengan pendekatan selektif dan hati-hati. Hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan hanya sebesar 5 persen. Dengan strategi ini, BNI berharap dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan stabilitas keuangan perusahaan.