
Bendera One Piece sebagai Simbol Perlawanan dalam Aksi Protes di Nepal
Beberapa hari terakhir, demonstran di Nepal menggelar aksi protes yang diberi nama Revolusi Gen Z. Aksi ini muncul sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah setempat, khususnya terkait larangan penggunaan 26 media sosial seperti Facebook dan X. Larangan tersebut diambil setelah pemerintah memaksa platform media sosial untuk mendaftarkan diri ke Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi.
Kritik terhadap kebijakan ini datang dari berbagai kalangan, termasuk para aktivis dan warga yang merasa bahwa pemerintah ingin membendung kampanye antikorupsi. Dalam aksi protes tersebut, para peserta menunjukkan rasa tidak puas mereka melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengibarkan bendera Jolly Roger dari serial animasi One Piece.
Bendera Jolly Roger menjadi simbol perlawanan yang digunakan oleh para demonstran. Di jembatan-jembatan dan tempat-tempat umum lainnya, bendera ini dikibarkan bersama dengan bendera nasional Nepal. Beberapa dari mereka bahkan membuat poster yang menggambarkan pejabat setempat sebagai buronan lengkap dengan harga dalam mata uang One Piece “berry”.
Menurut laporan dari Telegraph India, beberapa pengunjuk rasa membawa bendera bajak laut khas kru Luffy dari One Piece, termasuk tengkorak dengan topi jerami. Dalam serial anime populer ini, mengibarkan Jolly Roger merupakan simbol kebebasan dan keinginan untuk mengejar impian tanpa menghiraukan aturan dunia.
Selain bendera One Piece, para demonstran juga menggunakan tanda pagar #NepoBaby dan #NepoKids untuk menyampaikan kritik terhadap gaya hidup mewah para politikus dan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa masalah korupsi dan ketimpangan ekonomi menjadi isu utama dalam aksi protes ini.
Mundurnya Perdana Menteri dan Tindakan Anarkis
Akibat dari aksi protes besar-besaran yang berlangsung selama beberapa hari, Perdana Menteri (PM) Nepal KP Sharma Oli memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Pengunduran diri ini terjadi setelah 19 orang tewas akibat kerusuhan yang terjadi di negara tersebut.
Dalam surat pengunduran dirinya, Sharma menyatakan bahwa situasi yang tidak menguntungkan di negara ini mendorongnya untuk mengundurkan diri. Ia berharap langkah ini dapat membantu menyelesaikan masalah secara politis sesuai dengan konstitusi.
Namun, meskipun PM sudah mundur, aksi protes tetap berlangsung. Demonstran terus turun ke jalan, melakukan pemblokiran jalan, dan bahkan membakar gedung parlemen. Di dalam gedung parlemen, para demonstran terlihat bergembira sambil menari-nari dan meneriakkan slogan di sekitar kobaran api yang menyala di depan gedung.
Beberapa dari mereka juga menghancurkan gedung parlemen dan membuat grafiti serta menulis pesan-pesan anti-pemerintah di bagian luar dinding. Aksi ini menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap pemerintah masih sangat kuat.
Militer Turun Tangan
Aksi anarkis yang dilakukan para demonstran mendorong militer setempat untuk turun tangan. Panglima Militer Nepal menyatakan bahwa para demonstran memanfaatkan kesempatan untuk merusak, menjarah, dan membakar properti publik serta pribadi.
Militer setempat memberikan peringatan bahwa semua lembaga keamanan, termasuk angkatan darat, akan dikerahkan untuk mengambil alih situasi. Ini menunjukkan bahwa pihak berwenang mulai khawatir terhadap keadaan yang semakin memburuk.
Seorang warga Kathmandu, Muna Shreshta (20), yang ikut dalam aksi protes, mengatakan bahwa ia merasa penting untuk turut serta dalam gerakan ini. Menurutnya, korupsi adalah masalah jangka panjang yang harus segera diatasi. Ia berharap perubahan ini akan membawa dampak positif bagi rakyat Nepal.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!