Saat Mantan Presiden Meksiko AMLO Keluarkan 13,4 Juta Warga dari Kemiskinan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pengalaman Warga Meksiko dalam Masa Pemerintahan AMLO

Gloria Palacios, seorang warga berusia 84 tahun dari Meksiko, mengingat masa pemerintahan mantan Presiden Andrés Manuel López Obrador yang berlangsung antara 2018 hingga 2024. Ia membangun toko kelontong kecil di trotoar kawasan Doctores, Kota Meksiko, yang menjual berbagai barang seperti kacang, rokok, permen karet, dan keripik. Bersama putranya, Gustavo, mereka hanya mampu menghasilkan sekitar 100 peso (setara dengan Rp 86.000) setiap hari.

Namun, kondisi ekonomi keluarga ini tidak stabil. Mereka masih menghadapi tagihan yang menumpuk di rumah yang sudah tua dan reot. Satu-satunya sumber pendapatan adalah program bantuan dua bulanan untuk lansia sebesar 6.200 peso (sekitar Rp 5,3 juta) yang diberikan selama masa pemerintahan AMLO. Setelah masa jabatannya berakhir, AMLO digantikan oleh Claudia Sheinbaum.

Keluarga Palacios merupakan salah satu dari jutaan masyarakat Meksiko yang merasakan manfaat dari kebijakan Lopez Obrador. Menurut laporan dari badan statistik nasional, jumlah penduduk yang hidup dalam kemiskinan pada 2018, saat AMLO menjabat, mencapai hampir 52 juta orang. Enam tahun kemudian, angka kemiskinan berkurang sebanyak 13,4 juta atau sekitar 26 persen.

Kenaikan Upah Minimum dan Dampak Ekonomi

Meksiko telah lama berjuang melawan ketidakstabilan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan. Namun, selama era AMLO, terjadi pencapaian yang signifikan. Viri Ríos, seorang pakar kebijakan publik dan direktur Mexico Decoded, menyatakan bahwa belum pernah ada periode enam tahun di mana kemiskinan berkurang begitu besar.

AMLO terpilih pada 2018 dengan janji untuk memberantas korupsi dan mengurangi ketimpangan. Salah satu warisan pemerintahannya adalah kenaikan upah minimum tiga kali lipat, dari 88,40 peso (sekitar Rp 76.000) menjadi 278,80 peso (sekitar Rp 240.000) per hari. Valeria Moy, ekonom Meksiko dan direktur jenderal lembaga kebijakan publik IMCO, menilai hal ini memiliki dampak pada sektor ekonomi lainnya.

"Ketika upah minimum naik, upah dan pendapatan lain dalam perekonomian mulai meningkat, bahkan di sektor informal. Karena ketersediaan sumber daya yang lebih besar," ujar Moy. Ia juga menambahkan bahwa meskipun tidak tahu apakah pengurangan kemiskinan sepenuhnya disebabkan oleh kebijakan AMLO, ia percaya kenaikan upah minimum menjadi faktor penting.

Bantuan Dana Pemerintah dan Kritik Terhadap Sistem

Selain itu, AMLO juga memberikan bantuan dana kesejahteraan masyarakat, seperti bantuan dua bulanan yang diterima oleh Palacios, pendanaan untuk anak muda yang sedang magang, serta bantuan bagi petani yang menanam pohon buah. Namun, sistem transfer dana ini mendapat beberapa kritik.

Sistem tersebut tidak membedakan antara lansia yang kaya atau miskin, sehingga bersifat universal. Gonzalo Hernández Licona, mantan kepala Dewan Nasional untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Sosial (CONEVAL), mengkritik cara pendistribusian dana ini. Ia menyatakan bahwa fokus terhadap kelompok termiskin berkurang, meskipun jumlah bantuan meningkat.

"Sistem pendistribusian ini justru memburuk," tambah Licona. Selain itu, laporan dari badan statistik juga menunjukkan bahwa jumlah orang yang tidak memiliki akses ke layanan kesehatan meningkat lebih dari dua kali lipat. Masyarakat menilai biaya pengobatan masih tinggi dan akses ke asuransi kesehatan sulit. Oleh karena itu, peningkatan akses layanan kesehatan menjadi tantangan bagi pemerintahan berikutnya.