Rektor Binus Soroti Tingkat Partisipasi Perguruan Tinggi Indonesia

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tingkat Partisipasi Perguruan Tinggi di Indonesia Masih Rendah

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di Indonesia masih tergolong rendah, menurut penjelasan dari Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Bina Nusantara University (Binus), Prof Harjanto Prabowo. APK Perguruan Tinggi merujuk pada persentase jumlah penduduk yang sedang menempuh pendidikan tinggi, seperti universitas, politeknik, atau akademi, dibandingkan dengan total penduduk dalam kelompok usia pendidikan tinggi, yaitu 19-23 tahun.

Harjanto menyampaikan bahwa saat ini, hanya sekitar 37% dari penduduk usia tersebut yang mengenyam pendidikan tinggi. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Misalnya, Filipina memiliki APK sebesar 39%, sementara Malaysia mencapai 50% dan Thailand sebesar 52%. Bahkan, di negara-negara maju seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok, angka partisipasi mereka jauh lebih tinggi, masing-masing mencapai 98%, 94%, 90%, dan 75%.

Dengan angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir semua anak muda di negara-negara tersebut memiliki akses ke pendidikan tinggi. Namun, di Indonesia, mayoritas anak muda belum memiliki kesempatan atau pilihan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang perguruan tinggi.

Kondisi yang Mengkhawatirkan

Harjanto menjelaskan bahwa jika Indonesia ingin meningkatkan APK perguruan tinggi menjadi 60%, diperlukan tambahan sekitar seribu perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara kondisi pendidikan tinggi di Indonesia dengan negara-negara lain.

Selain itu, beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya APK perguruan tinggi di Indonesia antara lain:

  • Keterbatasan akses: Banyak daerah di Indonesia, terutama di pelosok, masih sulit dijangkau oleh institusi pendidikan tinggi.
  • Biaya pendidikan: Biaya kuliah yang mahal menjadi penghalang bagi banyak keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.
  • Kurangnya kesadaran masyarakat: Beberapa masyarakat masih menganggap pendidikan tinggi tidak penting atau tidak layak untuk ditempuh.

Solusi yang Ditawarkan Binus University

Untuk mengatasi tantangan ini, Binus University berupaya memberikan solusi konkret melalui inisiatif Binus University Online Learning. Dengan model pembelajaran daring, akses ke pendidikan tinggi menjadi lebih mudah, fleksibel, dan terjangkau.

Beberapa manfaat dari program ini antara lain:

  • Mengurangi hambatan jarak: Mahasiswa tidak perlu datang ke kampus fisik, sehingga bisa belajar dari mana saja.
  • Mengurangi biaya hidup: Dengan belajar secara online, mahasiswa tidak perlu membayar biaya transportasi atau akomodasi.
  • Meningkatkan fleksibilitas: Mahasiswa dapat mengatur waktu belajar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk mendorong lebih banyak anak muda Indonesia agar dapat melanjutkan pendidikan tinggi, sehingga APK perguruan tinggi bisa meningkat lebih cepat.

Masa Depan Pendidikan Tinggi di Indonesia

Menurut Harjanto, dengan peningkatan akses pendidikan tinggi, semakin banyak masyarakat Indonesia akan mendapatkan ijazah serta kesempatan untuk meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun global.

Pendidikan tinggi bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga tentang memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif. Dengan begitu, generasi muda Indonesia akan lebih siap untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.