Qatar: Apakah Serangan Israel Picu Perang di Timur Tengah?

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Serangan Israel di Doha: Kekhawatiran akan Kenaikan Tensi di Kawasan

Serangan yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap sebuah gedung di ibu kota Qatar, Doha, pada hari Selasa (9/9), menimbulkan kekhawatiran tentang potensi efek berantai yang tidak dapat diprediksi. Insiden ini mengakibatkan kematian lima pemimpin Hamas serta seorang petugas keamanan lokal. Meskipun respons dari pihak Qatar masih terbatas pada kecaman verbal, situasi ini telah memicu pertanyaan besar tentang apa yang dipertaruhkan bagi Qatar, Israel, Hamas, dan warga Palestina di Jalur Gaza.

Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, secara langsung mengecam serangan tersebut dan menyatakan bahwa negaranya menuntut Israel untuk bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang muncul. Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa tindakan itu "sepenuhnya dibenarkan" karena Hamas dianggap sebagai dalang dari serangan teror pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menahan sekitar 250 sandera.

Selain itu, Netanyahu juga mengaitkan serangan tersebut dengan penembakan di Yerusalem Timur yang diduduki, yang menewaskan enam orang pada Senin (8/9) dan diklaim oleh Hamas. Sementara itu, Hamas hanya mengonfirmasi kematian Himam al-Hayya, putra dari salah satu negosiator utama mereka, Khalil al-Hayya. Informasi terkini menyebutkan bahwa Khalil al-Hayya dan pemimpin Hamas lainnya, Khaled Meshaal, juga berada di dalam gedung yang menjadi target. Namun, hingga saat ini, keduanya belum bisa dihubungi oleh media Prancis.

Diplomasi atau Eskalasi Militer?

Para pengamat memperkirakan bahwa serangan ini bisa menjadi alarm bagi seluruh kawasan, di mana batas-batas kemitraan dan aliansi tradisional sedang didefinisikan ulang. Sanam Vakil, Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di lembaga kajian Chatham House, menyatakan bahwa negara-negara Teluk memahami pentingnya hubungan dengan Amerika Serikat, sekutu utama Israel. Oleh karena itu, sulit membayangkan adanya perpecahan segera antara negara-negara tersebut.

Hugh Lovatt, peneliti di European Council on Foreign Relations, meragukan kemungkinan konflik langsung antara Qatar dan Israel. Ia percaya bahwa Qatar tidak akan merespons secara militer, melainkan mungkin menggunakan dana kekayaan negara untuk menekan secara ekonomi. Neil Quilliam, pakar hubungan luar negeri di Azure Strategy, juga setuju bahwa Qatar tidak siap untuk meningkatkan eskalasi. Menurutnya, pembalasan dengan senjata hanya akan mengundang respons yang lebih keras dari Israel.

Hubungan Qatar dan AS

Qatar memiliki aliansi strategis dengan AS, yang merupakan pendukung kuat perang Israel di Gaza. Negara ini juga menampung pangkalan militer terbesar AS di kawasan dan menggunakan sistem pertahanan udara buatan AS. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan ketidakpuasan terhadap serangan tersebut, menyatakan bahwa ia tidak diberi tahu sebelumnya. Meski demikian, Trump tetap menilai bahwa tujuan mengeliminasi Hamas adalah "tujuan yang pantas."

Apakah Negosiasi Gaza Terancam?

Serangan Israel di Doha juga dikhawatirkan akan mengganggu putaran terbaru perundingan gencatan senjata di Gaza serta kemungkinan pembebasan sandera Hamas setelah hampir dua tahun perang. Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mundur dari upaya mediasi. Ia menekankan bahwa mediasi akan terus berlanjut dan tidak ada yang akan menghalangi Qatar untuk memainkan perannya.

Peran Qatar sebagai Mediator

Posisi Qatar sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas berakar dari hubungan uniknya dengan kedua pihak. Menurut Neil Quilliam, Qatar benar-benar mediator luar biasa di kawasan ketika menyangkut Israel. Peran ini semakin menonjol sejak 2012, ketika pimpinan politik Hamas pindah dari Suriah ke Doha. Pada masa itu, Washington ingin mencegah Hamas berpindah ke Iran, pendukung utama kelompok militan tersebut.

Quilliam menjelaskan bahwa hubungan Qatar dengan Hamas bersifat hubungan kerja. Qatar lebih condong pada ekspresi Islam politik di kawasan, berbeda dengan negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang lebih vokal menentang kelompok Islamis. Meskipun begitu, Qatar tidak pernah secara terbuka mendukung kontrol penuh Hamas atas Gaza.

Hubungan Pragmatis dengan Israel

Meskipun Qatar dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, keduanya menjalin hubungan pragmatis sejak 1990-an. Bagi pemerintahan Netanyahu, mempertahankan Qatar di meja perundingan sangat penting mengingat tekanan dari dalam maupun luar negeri untuk mengakhiri perang di Gaza. Sejak serangan 7 Oktober 2023, lebih dari 64.500 warga Palestina telah tewas menurut angka yang dianggap kredibel dari Kementerian Kesehatan Gaza. Sekitar 50 sandera masih ditahan Hamas, dengan hanya 20 yang diyakini masih hidup.