
Pesantren: Kunci Penggerak Ekonomi Syariah di Indonesia
Pesantren kini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi salah satu motor penggerak utama dalam perekonomian syariah. Hal ini disampaikan oleh Gus Anas Al Hifni, Direktur Perekonomian Ponpes Sunan Drajat, saat berbicara dalam talkshow Pemberdayaan Usaha Syariah di Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat malam (12/9). Acara ini merupakan bagian dari Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa yang digelar oleh Bank Indonesia Jawa Timur.
Gus Anas menyatakan bahwa pesantren memiliki peran ganda, yaitu sebagai tempat menimba ilmu spiritual sekaligus menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Ia mengatakan, “Pesantren itu akhirat, tapi juga tidak boleh melupakan dunia.” Perkataannya tersebut mendapat respons positif dari peserta acara.
Ponpes Sunan Drajat di Lamongan menjadi contoh nyata keberhasilan pesantren dalam membangun ekosistem bisnis syariah. Dari usaha toserba dengan 70 titik penjualan di berbagai kota hingga produksi garam dengan kapasitas 200 ton per hari, pesantren mampu memberikan dampak ekonomi yang nyata. Keuntungan dari usaha ini tidak hanya digunakan untuk menopang biaya pendidikan, tetapi juga menciptakan lingkungan bisnis yang inklusif dan berkelanjutan.
Selain itu, santri pun turut dilibatkan dalam proses bisnis. Mereka diajarkan untuk belajar dari nol dan berkembang menjadi ahli dalam bidang tertentu. Bahkan, beberapa di antaranya mampu menggantikan para ahli yang diundang dari luar. “Awalnya hanya tahu ‘mau usaha’, lama-lama bisa jadi expert,” ujar Gus Anas.
Tidak hanya fokus pada kemandirian, bisnis pesantren juga memberikan kontribusi besar bagi pendidikan. Setiap tahun, Sunan Drajat mampu mengalokasikan dana hingga Rp16 miliar untuk subsidi pendidikan bagi 16 ribu santrinya. Ini menunjukkan bahwa pesantren mampu menjadi model kerja sama antara pendidikan dan bisnis.
Richa Wahyu Arifani, Eastern Region Segment Business Lead PT Paragon Technology and Innovation, yang juga hadir sebagai pembicara, menekankan pentingnya pola serupa yang dapat diadopsi oleh UMKM lain. Sebagai perusahaan kosmetik halal yang telah sukses, Paragon membuktikan bahwa pendekatan syariah dapat sejalan dengan pertumbuhan bisnis. “Kami menekankan ketuhanan dalam lima prinsip Paragon, itulah yang membuat kami tumbuh,” katanya.
Bank Indonesia melihat potensi besar yang dimiliki pesantren dalam mendukung UMKM syariah. Data dari Kementerian Agama 2024 menunjukkan adanya 39 ribu pesantren di Indonesia dengan lima juta santri. “Jika potensi ini dikelola dengan baik, kontribusi pesantren bagi UMKM syariah akan sangat besar,” ujar Ridzky Prihadi, Advisor KPw BI Jatim.
Selain itu, tren global menunjukkan bahwa ekonomi halal terus berkembang pesat. Nilai perdagangan muslim pada 2023 mencapai 2,43 triliun USD, dan diprediksi akan meningkat menjadi 3,36 triliun USD pada 2028. Dengan basis komunitas yang kuat, pesantren memiliki peluang besar untuk menjadi aktor utama dalam menggerakkan ekonomi syariah.
Sunan Drajat adalah salah satu contoh nyata. Namun, ribuan pesantren lain juga memiliki kesempatan yang sama untuk membangun UMKM yang berdaya dan berkeadilan. Dengan inovasi dan kolaborasi, pesantren dapat menjadi tulang punggung ekonomi syariah di Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!