Perubahan Fokus The Fed Bangkitkan Optimisme Pasar Global

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perubahan Fokus The Fed dan Dampaknya pada Pasar Global

The Federal Reserve (The Fed) tampaknya sedang mengalami pergeseran fokus. Dari memperhatikan inflasi, kini The Fed lebih mengkhawatirkan risiko ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS). Perubahan ini memberi peluang bagi pemangkasan suku bunga acuan (Fed funds rate) dalam pertemuan September 2025 mendatang.

Menurut analisis dari Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, sentimen tersebut berdampak pada beberapa aspek pasar. Misalnya, ekspektasi penurunan yield US Treasury, pelemahan dolar AS (USD), serta penguatan aset berisiko seperti saham dan pasar emerging markets. Hal ini menunjukkan bahwa para investor mulai melihat potensi perubahan kebijakan moneter yang akan segera terjadi.

Proyeksi ini juga didukung oleh meningkatnya keyakinan pasar. Probabilitas penurunan suku bunga meningkat menjadi 93 persen dari sebelumnya 75 persen, berdasarkan data CME FedWatch. Gubernur The Fed, Jerome Powell, sebelumnya menyampaikan bahwa kondisi ekonomi AS saat ini menimbulkan kekhawatiran terhadap risiko kenaikan pengangguran akibat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pasar global kini sangat menantikan rilis data AS pekan ini sebagai acuan arah kebijakan moneter The Fed. Salah satu indikator yang penting adalah peningkatan penjualan rumah baru AS pada Juli 2025 sebesar 0,6 persen dari bulan sebelumnya menjadi 627 ribu unit. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perumahan masih cukup resilien.

Namun, tekanan dari pelemahan durable goods orders dan kontraksi manufaktur regional memberi sinyal bahwa perlambatan ekonomi semakin nyata. Jika tren ini terus berlanjut, pasar akan semakin yakin bahwa The Fed perlu menurunkan suku bunga untuk mencegah risiko penurunan tajam di pasar tenaga kerja maupun investasi.

Dalam jangka pendek, perubahan ini berpotensi mendorong penurunan yield US Treasury, pelemahan USD, serta arus masuk modal ke pasar emerging markets, termasuk Indonesia. Meski demikian, investor tetap harus waspada karena pemangkasan suku bunga yang terlalu cepat bisa dipersepsikan sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi yang lebih dalam.

Keputusan yang terlalu dini dapat membatasi sentimen positif di pasar. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, perkiraan nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.285-16.358 per USD. Sementara imbal hasil surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun tetap terjaga di rentang 6,30-6,50 persen.

Berdasarkan data hingga jeda perdagangan pukul 12.00, imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 2,20 basis point (bps) ke level 6,34 persen. Sementara imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun naik 1,56 bps ke level 4,27 persen. Sedangkan, indeks USD (DXY) naik 0,24 persen ke level 97,9.

Untuk nilai tukar rupiah, menguat 0,59 persen ke level Rp 16.248 per USD. Mata uang lain di kawasan Asia cenderung bervariasi. Baht Thailand (THB) mengalami pelemahan terdalam sebanyak 0,69 persen. Ringgit Malaysia (RM) menguat 0,57 persen. Pergerakan mata uang ini menunjukkan bahwa sentimen pasar secara keseluruhan masih dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal.