
Tantangan dan Peluang Pasar Kendaraan Niaga di Indonesia Tahun 2025
Tahun 2025 menjadi periode yang penuh tantangan bagi industri kendaraan niaga di Indonesia. Penjualan kendaraan niaga, terutama truk ringan hingga berat, mengalami tekanan selama semester pertama tahun ini. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan penurunan signifikan pada kategori truk dengan gross vehicle weight (GVW) 5-10 ton, yaitu dari 20.891 unit pada Januari–Juni 2024 menjadi 17.891 unit pada periode yang sama tahun ini.
Meskipun ada ketidakpastian ekonomi global dan perlambatan daya beli masyarakat, pasar kendaraan niaga tetap menunjukkan potensi pertumbuhan. Hal ini didorong oleh kebutuhan distribusi logistik, e-commerce, serta pembangunan infrastruktur yang masih berjalan. Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, menyampaikan bahwa melemahnya penjualan kendaraan niaga sangat dipengaruhi oleh melambatnya proyek infrastruktur dan sektor komoditas yang belum pulih.
"Kendaraan komersial biasanya tergantung dari proyek-proyek yang ada. Bila ekonominya bangkit, komoditi naik, tambang naik, biasanya ikut bergulir. Saat ini kondisinya sedang melemah," ujarnya saat ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di ICE BSD, Tangerang.
Penurunan penjualan juga terjadi pada merek besar seperti Mitsubishi Fuso, yang mencatat penurunan penjualan retail dari 13.032 unit pada semester I 2024 menjadi 11.640 unit pada periode yang sama tahun ini. UD Trucks juga mengalami penurunan dari 816 unit menjadi 764 unit. Isuzu pun mengalami koreksi dari 13.940 unit menjadi 11.294 unit.
Menurut Kukuh, sektor kendaraan komersial sangat sensitif terhadap dinamika ekonomi nasional. Saat belanja proyek pemerintah maupun swasta menurun, permintaan truk sebagai kendaraan pengangkut barang juga turun. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah yang pro-investor dan berjangka panjang agar pasar kendaraan niaga kembali bergairah.
“Kita perlu kebijakan yang pro-investor, memberikan jaminan jangka panjang bahwa kebijakan itu sustain ya, untuk jangka panjang. Karena mobil itu enggak cukup 5–10 tahun, kita perlu kebijakan yang bisa bertahan sampai 20–30 tahun,” kata Kukuh.
Ia optimistis masih ada peluang pemulihan pada paruh kedua 2025. Rebound dapat terjadi jika aktivitas proyek kembali bergerak dan sektor komoditas, termasuk pertambangan, menunjukkan tanda-tanda pulih.
Perubahan Kebutuhan Pasar Kendaraan Niaga
Melihat kebutuhan pasar kendaraan niaga di tahun 2025, tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan mesin dan kapasitas angkut besar. Pelanggan kini mencari kendaraan niaga yang lebih hemat bahan bakar, ramah lingkungan, serta mampu mendukung efisiensi operasional. Beberapa tren yang menonjol antara lain:
-
Efisiensi Bahan Bakar dan Biaya Operasional
Kenaikan harga BBM dan tuntutan efisiensi mendorong pelaku usaha beralih ke kendaraan niaga dengan mesin yang lebih irit, termasuk model hybrid dan listrik. -
Kendaraan Niaga Ringan untuk E-Commerce
Pertumbuhan belanja online membuat permintaan kendaraan niaga ringan seperti pick-up dan van semakin tinggi, terutama untuk kebutuhan pengiriman last-mile. -
Teknologi dan Keamanan
Fitur keselamatan, sistem telematika, dan GPS tracking menjadi nilai tambah. Perusahaan logistik kini lebih memilih armada yang dapat dipantau secara real time untuk memastikan efisiensi rute dan keamanan barang. -
Kendaraan Niaga Listrik dan Hybrid
Meski masih terbatas pada infrastruktur pengisian daya, kendaraan niaga bertenaga listrik mulai dilirik, khususnya di kota besar. Pemerintah juga menyiapkan insentif agar adopsi lebih cepat. -
Model Serbaguna (Multi Purpose Vehicle Niaga)
Kendaraan yang fleksibel, bisa dipakai angkut barang sekaligus penumpang, banyak diminati pelaku usaha kecil-menengah karena lebih ekonomis.
Model Kendaraan Niaga yang Diminati di 2025
Beberapa model kendaraan niaga yang diminati antara lain:
-
Pick-Up dan Small Van
Cocok untuk UMKM, logistik skala kecil, dan distribusi perkotaan. -
Medium Duty Truck
Dibutuhkan sektor konstruksi, perkebunan, dan manufaktur. -
Heavy Duty Truck
Masih menjadi tulang punggung proyek infrastruktur berskala besar. -
Bus Niaga
Meski pasar lesu karena pergeseran ke transportasi daring, bus untuk pariwisata dan antarkota tetap stabil. -
Kendaraan Niaga Listrik
Segmen baru yang tumbuh, dengan fokus pada distribusi perkotaan dan usaha retail.
Catatan Penjualan Kendaraan Niaga versi Gaikindo
Data penjualan kendaraan niaga versi GAIKINDO menunjukkan beberapa angka penting:
- Pickup GVW <5 Ton: 50.709 unit pada 2024, 47.325 unit pada 2025 (Semester 1)
- Truk GVW 5–10 Ton: 20.891 unit pada 2024, 17.891 unit pada 2025 (Semester 1)
- Truk GVW 10–24 Ton: 2.068 unit pada 2024, 2.002 unit pada 2025 (Semester 1)
- Truk GVW >24 Ton: 7.551 unit pada 2024, 8.087 unit pada 2025 (Semester 1)
Tantangan dan Peluang
Dalam kondisi saat ini, biaya operasional tinggi, regulasi emisi ketat, serta keterbatasan infrastruktur EV menjadi tantangan. Namun juga ada peluang yang akan bisa mendongkrak penjualan yaitu dengan digitalisasi logistik, pertumbuhan e-commerce, serta dukungan pemerintah terhadap elektrifikasi kendaraan niaga.
Pasar kendaraan niaga di 2025 dipengaruhi oleh kebutuhan efisiensi, ramah lingkungan, dan teknologi modern. Produsen dituntut untuk menghadirkan model yang lebih hemat, fleksibel, serta mampu mendukung digitalisasi operasional. Dengan kombinasi inovasi produk dan penyesuaian strategi, kendaraan niaga tetap akan menjadi sektor vital dalam menopang aktivitas ekonomi nasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!