Musim Kemarau Tak Selalu Kering, BMKG Waspadai Cuaca Ekstrem Akhir Agustus 2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Hujan Masih Terjadi di Tengah Musim Kemarau

Musim kemarau tidak selalu berarti cuaca akan sepenuhnya kering. Dalam beberapa hari terakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem masih terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.

Pada periode 15–18 Agustus 2025, Ambon di Maluku mengalami curah hujan harian tertinggi mencapai 358,3 milimeter. Sementara itu, Timika di Papua Tengah mencatatkan curah hujan sebesar 142 mm/hari. Di Sulawesi Tenggara, hujan lebat juga terjadi pada 17 Agustus dengan intensitas 123 mm/hari.

Perkembangan Cuaca dalam Rilis BMKG

Dalam rilis prospek cuaca mingguan yang dirilis pada Jumat (22/8/2025), BMKG menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Namun, kondisi atmosfer masih memungkinkan terbentuknya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di bagian barat dan tengah Indonesia. Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat lebih berpotensi terjadi di wilayah timur Indonesia.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi kejadian hujan adalah aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada di fase 3. Hal ini meningkatkan peluang pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Aktivitas gelombang tropis seperti Gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, serta Mixed-Rossby Gravity masih aktif di sejumlah wilayah.

Selain itu, anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang bernilai negatif menandakan peningkatan aktivitas konvektif, mendukung terbentuknya awan hujan. Faktor lainnya adalah sirkulasi siklonik di Samudra Pasifik utara Papua Barat yang memicu perlambatan angin (zona konvergensi). Zona konvergensi ini terpantau memanjang dari Bengkulu, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Indeks Dipole Mode dan Aliran Massa Udara

BMKG juga mencatat indeks Dipole Mode berada di angka -0,91. Kondisi ini menunjukkan adanya aliran massa udara signifikan dari Samudra Hindia bagian timur Afrika menuju Indonesia, terutama di wilayah barat.

Proyeksi Cuaca untuk Masa Mendatang

Dalam sepekan ke depan, pembentukan awan hujan signifikan masih berpotensi terjadi. Wilayah Sumatera, Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku, dan sebagian Papua diprediksi akan menerima tambahan suplai kelembapan dari gelombang tropis. Gelombang berfrekuensi rendah (low frequency) juga terpantau aktif di Lampung, sebagian Jawa, Kalimantan, dan hampir seluruh wilayah timur Indonesia.

Aktivitas atmosfer ini mempertahankan kondisi labil yang mendukung pertumbuhan awan konvektif, sehingga hujan dengan intensitas bervariasi diperkirakan masih akan terjadi.

Peringatan dari BMKG

BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Hujan sedang hingga lebat dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Kondisi ini berpotensi menimbulkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air.

Di samping itu, gelombang laut tinggi berpotensi mengganggu aktivitas pelayaran dan transportasi laut. Gangguan serupa juga bisa terjadi pada jalur darat dan udara. Masyarakat diimbau untuk selalu memperhatikan informasi cuaca dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.