Menteri Keuangan Purbaya Akan Tarik Rp200 Triliun Dana dari BI untuk Dorong Ekonomi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Langkah Awal Menteri Keuangan dalam Mengembalikan Likuiditas Ekonomi

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah mengumumkan langkah-langkah awal yang akan diambil setelah dilantik sebagai bendahara negara. Salah satu fokus utamanya adalah mengembalikan dana pemerintah yang terparkir di Bank Indonesia ke sistem keuangan agar likuiditas tetap terjaga. Ini menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan ekonomi dan mencegah penurunan pertumbuhan.

Purbaya menekankan bahwa pelajaran dari krisis pada tahun 1998, 2008, hingga pandemi 2020 menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang terlalu ketat dapat menyebabkan likuiditas di sistem kering, sehingga berdampak pada sektor riil. Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, ia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya bisa tercapai jika kondisi likuiditas dalam sistem tetap stabil.

Pengalaman Krisis Moneter 1997–1998

Ia mengingatkan kembali pengalaman Indonesia selama krisis moneter 1997–1998. Saat itu, Bank Indonesia menaikkan suku bunga hingga di atas 60% demi menjaga nilai tukar rupiah, sementara uang primer (base money) justru meningkat hingga 100%. Akibatnya, kebijakan moneter menjadi tidak seimbang, sektor riil terpuruk, dan nilai tukar tetap tertekan. Menurut Purbaya, kebijakan tersebut secara tidak sadar memperparah krisis ekonomi sendiri.

Kebijakan Ekspansif Saat Krisis 2008–2009

Sebaliknya, pada masa krisis global 2008–2009, pemerintah mengambil pendekatan ekspansif dengan mempercepat belanja dan menurunkan suku bunga. Hal ini membantu menjaga pertumbuhan ekonomi meskipun dalam situasi sulit. Purbaya juga merekomendasikan pola serupa kepada Presiden Joko Widodo saat menghadapi pandemi. Pada Maret 2020, base money sempat turun hingga -15,3%, namun dengan intervensi BI, laju pertumbuhan uang kembali naik ke level double digit.

Kenaikan dan Penurunan Uang Beredar

Purbaya mencatat bahwa pada medio 2023, laju pertumbuhan uang beredar kembali menurun hingga mencapai 0% pada medio 2024. Hal ini menyebabkan perlambatan ekonomi. Meski demikian, pemerintah cenderung menyalahkan ketidakpastian global, padahal 90% perekonomian Indonesia didorong oleh permintaan domestik.

Empat bulan pertama tahun ini, uang beredar kembali meningkat, tercatat tumbuh 7% pada April 2025. Sayangnya, mulai Mei 2025, laju pertumbuhan kembali menurun hingga capai 0% pada Agustus.

Langkah Konkret untuk Menggerakkan Sektor Riil

Setelah dilantik, Purbaya melaporkan bahwa pemerintah memiliki kas sebesar Rp425 triliun di rekening Bank Indonesia. Dari jumlah tersebut, Rp200 triliun akan dialirkan ke sistem perbankan untuk menggerakkan sektor riil. Ia meminta Bank Indonesia tidak menyedot uang tersebut, agar bisa digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Meski dana ini tidak bisa digunakan untuk program pemerintah, Purbaya yakin bahwa sektor swasta akan ambil alih. Ia pernah menjelaskan kepada Presiden Jokowi bahwa mengembalikan dana ke sistem ekonomi lebih efektif daripada menyimpannya di BI. Dengan demikian, ekonomi akan tetap berjalan meski tanpa adanya intervensi langsung dari pemerintah.

Perbaikan Serapan Anggaran

Selain menjaga likuiditas, Purbaya juga berkomitmen untuk memperbaiki serapan anggaran yang sering kali lambat. Ia berjanji akan memantau kinerja belanja secara rutin dan meminta unit-unit kementerian/lembaga untuk mempercepat eksekusi program.

Perbandingan Era Kepemimpinan Sebelumnya

Dalam kesempatan ini, Purbaya membandingkan era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan era Presiden Joko Widodo. Pada masa SBY, pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai hampir 6% karena laju pertumbuhan uang primer mencapai 17%, sehingga kredit swasta bisa tumbuh 22%. Sementara itu, pada era Jokowi, pertumbuhan ekonomi rata-rata sedikit di bawah 5% karena laju pertumbuhan uang beredar hanya sekitar 7%.

Target Pertumbuhan Ekonomi 6,5%

Purbaya berharap dapat menggabungkan kekuatan sektor swasta dengan fiskal pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. Meski target ini tidak akan tercapai dalam waktu dekat, ia percaya bahwa dengan kondisi yang tepat, agen-agen ekonomi dapat berjalan mandiri dan berkembang sesuai kemampuan mereka.