Mengapa Kota Gaza Penting bagi Israel?

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Israel Mengambil Langkah Tegas untuk Menaklukkan Kota Gaza

Pemerintah Israel telah mengambil keputusan strategis dengan menyetujui rencana untuk menaklukkan Kota Gaza. Keputusan ini diambil meskipun terdapat upaya-upaya dari pihak regional untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan. Operasi militer yang dikenal sebagai Kereta Perang Gideon kedua telah dimulai, dengan fokus utama pada daerah perkotaan terbesar di Gaza. Serangan udara dan artileri dilakukan sementara posisi militer Israel terus diperkuat di sekitar kota. Ribuan warga Gaza memilih untuk melarikan diri atau dipaksa meninggalkan wilayah mereka sebelum dan selama serangan berlangsung.

Hamas, yang merupakan kelompok penguasa di Jalur Gaza, telah menerima tawaran gencatan senjata dan pembebasan sandera dari mediator Arab. Namun, Israel tetap mempertahankan rencananya untuk menyerang. Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tujuan utama Israel adalah merebut seluruh Jalur Gaza. Saat ini, fokus utamanya adalah Kota Gaza, yang dianggap sebagai benteng pertahanan terakhir Hamas.

Alasan Penaklukan Kota Gaza

Penaklukan Kota Gaza memiliki beberapa alasan strategis dan politik. Pertama, kota ini adalah pusat kota terbesar di Jalur Gaza dan menjadi benteng utama bagi Hamas. Merebut kota ini akan menjadi langkah awal menuju pengambilalihan keseluruhan wilayah Gaza, yang bertujuan untuk melemahkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas di sana.

Selain itu, rencana ini juga memiliki dimensi politik internal. Dengan memperkuat posisi Netanyahu, rencana ini membantu menjaga konsistensi dalam perang dan menunda tantangan politik dalam negeri. Kontrol atas Kota Gaza akan memberikan tekanan ekstrem terhadap Hamas melalui serangan udara dan invasi darat, sehingga memaksa Hamas untuk mundur dan memperluas kontrol Israel atas wilayah tersebut.

Tujuan Penaklukan Gaza

Para analis menyebutkan bahwa tujuan penaklukan Gaza adalah untuk memberikan tekanan kepada Hamas melalui ancaman invasi, serta memastikan kelangsungan hidup politik Netanyahu. Meski Israel menyatakan tujuannya untuk mengalahkan Hamas, para pengkritik berargumen bahwa alasan utama tidak sepenuhnya jelas. Israel disinyalir melakukan pemindahan massal dan menggunakan ancaman invasi darat sebagai alat negosiasi.

Ori Goldberg, seorang analis Israel, mengatakan bahwa kebijakan ini bekerja pada dua tingkat: memenuhi kebutuhan politik internal dan menegakkan agenda pemindahan paksa yang telah disetujui oleh negara. Ia juga menyoroti bahwa pemerintah Israel telah menyetujui strategi yang bertujuan untuk membersihkan Gaza secara etnis sambil mendorong emigrasi Palestina, yang akhirnya berdampak pada pembunuhan yang terus-menerus terhadap warga Palestina.

Goldberg juga menunjukkan penggunaan istilah "konsentrasi" oleh menteri pertahanan Israel untuk menggambarkan strategi mengurung warga Palestina di tempat-tempat seperti Rafah. Hal ini menunjukkan bahwa mendirikan kamp konsentrasi untuk ratusan ribu orang secara resmi merupakan bagian dari kebijakan tersebut.

Rencana Serangan Hamas

Hamas diperkirakan memiliki sekitar 40.000 pejuang di Gaza, dengan 5.000 hingga 10.000 di Kota Gaza. Kelompok ini diperkirakan akan mengandalkan terowongan, jebakan, dan regu anti-tank, serta mungkin merencanakan penculikan lanjutan terhadap tentara Israel yang terisolasi. Israel berencana mengirim dua atau tiga divisi ke Kota Gaza, melebihi jumlah pasukan Hamas, dan berniat memerintahkan warga sipil untuk mengungsi, mengebom bangunan-bangunan yang tersisa, membersihkan jebakan-jebakan, dan menghancurkan posisi-posisi Hamas.

Operasi Kereta Perang Gideon pertama dianggap gagal. Militer Israel telah mulai mengurangi kehadirannya di Jalur Gaza, termasuk penarikan Divisi 98. Langkah ini menandai berakhirnya secara resmi Operasi Kereta Perang Gideon, serangan besar yang diluncurkan pada awal Mei 2025. Dalam beberapa hari terakhir, pasukan penerjun payung, komando, dan unit lapis baja telah ditarik keluar dari daerah tersebut.

Tanggapan Dalam Negeri Israel

Rencana ini menghadapi penolakan dari dalam negeri Israel, termasuk dari keluarga tawanan dan para pemimpin militer. Hampir setengah juta warga Israel memprotes rencana pendudukan ini, dan pemimpin oposisi Yair Lapid menyebutnya sebagai bencana yang dapat berlangsung berbulan-bulan, menimbulkan biaya besar, membahayakan para tawanan, dan meningkatkan korban tentara. Kepala staf militer Israel memperingatkan akan adanya lebih banyak lagi kematian tentara, risiko bagi para tawanan, dan kerusakan pada reputasi internasional Israel.

Para ahli mengatakan bahwa banyak orang Israel percaya Netanyahu mengejar perang untuk kelangsungan hidup politik, tidak peduli dengan penderitaan warga Gaza, dan bahwa penentangan terhadap perang tidak sekuat yang seharusnya. Semakin lama serangan berlanjut, semakin besar tekanan untuk gencatan senjata. Perang ini telah menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina, membuat hampir 90% mengungsi, meruntuhkan layanan kesehatan di Gaza, dan menggunakan kelaparan sebagai senjata. Israel saat ini menguasai sekitar tiga perempat wilayah Gaza, mengurung hampir dua juta penduduknya.