
Serangan Udara Israel ke Qatar: Lima Sistem Pertahanan Udara yang Gagal Menghalangi
Pada hari Selasa (9/9/2025), Israel melancarkan serangan udara terhadap para pemimpin Hamas di Qatar. Meskipun memiliki sistem pertahanan udara yang canggih, Qatar tetap tidak mampu menghalangi serangan tersebut. Pemimpin negara ini memiliki berbagai alat pertahanan yang diperoleh dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Prancis. Berikut adalah lima sistem pertahanan udara yang digunakan oleh Qatar, namun gagal dalam menghadapi ancaman serangan Israel.
1. Patriot PAC-3 MSE
Sistem rudal pertahanan udara Patriot PAC-3 MSE adalah varian terbaru dari sistem Patriot yang dirancang khusus untuk menghadapi ancaman modern seperti rudal balistik, rudal jelajah, dan pesawat dengan manuver tinggi. Rudal PAC-3 MSE menggunakan teknologi “hit-to-kill” dengan pemandu aktif radar, motor roket pulsa ganda untuk daya dorong ekstra, serta kemampuan manuver akurat hingga 60g. Dengan kecepatan hingga Mach 5 dan jangkauan sekitar 40 km, rudal ini mampu mengeliminasi hingga 16 target dalam satu aksi. Produsen utama dari sistem ini adalah Lockheed Martin, perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat.
2. NASAMS/SL-AMRAAM
NASAMS/SL-AMRAAM merupakan sistem pertahanan udara jarak menengah yang dikembangkan bersama oleh Kongsberg Defence & Aerospace (Norwegia) dan Raytheon Missiles & Defense (Amerika Serikat). Sistem ini memadukan radar 3D dan rudal AIM-120 AMRAAM atau AMRAAM-ER. SL-AMRAAM adalah varian NASAMS yang menembakkan rudal AMRAAM dari permukaan, ditujukan untuk menghadapi ancaman udara modern seperti drone, pesawat tempur, dan rudal jelajah. Qatar menjadi pengguna pertama NASAMS yang memadukan rudal AMRAAM-ER, dengan pembelian besar pada tahun 2019–2020. Sistem ini juga dilengkapi dengan 40 rudal AIM-120C-7 AMRAAM, serta perangkat pendukung dan peluncur yang dibeli dari AS dan Norwegia.
3. THAAD
THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) adalah sistem rudal anti-balistik buatan Amerika Serikat yang dirancang untuk melindungi wilayah dari serangan rudal balistik jarak pendek hingga menengah. THAAD menggunakan teknologi “hit-to-kill” tanpa hulu ledak, menghancurkan target melalui tumbukan energi kinetik di ketinggian hingga 150 km. Produsen utama THAAD adalah Lockheed Martin, sementara radar canggihnya dikembangkan oleh Raytheon. Qatar memiliki 12 peluncur THAAD, 150 rudal, 2 unit kontrol kebakaran dan komunikasi, serta 1 radar peringatan dini. Kontrak pembelian THAAD mencapai USD 6,5 miliar sejak tahun 2014.
4. Skynex
Qatar memperkuat sistem pertahanan udara jarak pendek (SHORAD) dengan mengandalkan Skynex, yang diproduksi oleh Rheinmetall Air Defence, perusahaan pertahanan asal Jerman. Sistem ini dirancang untuk menghadapi ancaman seperti drone, helikopter, pesawat, roket, dan rudal jarak dekat. Skynex dilengkapi meriam 35mm Oerlikon Mk3 yang mampu menembakkan hingga 1.000 peluru per menit, serta radar akuisisi target, sistem manajemen pertempuran, dan amunisi canggih programmable airburst AHEAD. Qatar memiliki 8 unit meriam Skynex 35mm Revolver Gun Mk3 dan satu radar X-TAR3D.
5. AN/FPS-132 Early Warning Radar
Qatar juga mengoperasikan AN/FPS-132 Early Warning Radar, sebuah sistem radar fase array solid-state berdaya tinggi yang dirancang untuk deteksi dini serangan rudal balistik dan pengawasan ruang angkasa. Radar ini mampu memantau peluncuran serta penerbangan rudal hingga jarak 3.000 mil, memberi waktu peringatan panjang dan mampu mengklasifikasikan objek ancaman secara real-time. Produsen AN/FPS-132 adalah Raytheon Technologies (Amerika Serikat). Qatar memiliki satu unit AN/FPS-132 Block 5 Early Warning Radar dengan kontrak sebesar US$1,1 miliar sejak tahun 2017. Radar ini menjadi salah satu radar peringatan dini terkuat di kawasan Teluk, terintegrasi dengan sistem pertahanan udara Qatar dalam satu kompleks baru.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!