
Penolakan Terhadap Penggunaan Sirene dan Strobo oleh Pejabat
Anggota Komisi III DPR Fraksi Golkar, Soedeson Tandra, menyampaikan dukungan terhadap gerakan "Stop Tot Tot Wuk Wuk" yang sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial. Gerakan ini mengecam penggunaan sirene dan strobo oleh pejabat yang tidak diperlukan, khususnya dalam situasi yang tidak darurat.
Soedeson menekankan bahwa penggunaan alat tersebut bukan hanya melanggar prinsip kesetaraan di jalan raya, tetapi juga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi masyarakat umum. Ia menanyakan logika di balik tindakan pejabat yang menginginkan kecepatan tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat lainnya.
"Pertanyaannya, apakah pejabat perlu cepat, lalu masyarakat tidak? Kalau ingin cepat, ya berangkat lebih awal. Jangan, 'wuk wuk wuk' begitu," ujarnya kepada wartawan.
Ia menilai bahwa penggunaan sirene dan strobo bisa dianggap sebagai tanda adanya hak istimewa yang dimiliki oleh sejumlah pihak tertentu. Hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam sistem transportasi dan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Potensi Bahaya dari Penggunaan Alat Pemanggil
Selain itu, Soedeson juga mengingatkan tentang potensi bahaya yang dapat timbul dari penggunaan alat seperti sirene dan strobo. Ia menegaskan bahwa penggunaan alat tersebut sering kali diikuti dengan manuver berbahaya, seperti zig-zag di jalan, yang bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
"Ini bisa menimbulkan kecelakaan, jadi harus diperhatikan," tambahnya.
Ia menyarankan agar penggunaan alat tersebut dibatasi hanya untuk pihak-pihak tertentu, seperti Presiden atau tamu negara. Dengan demikian, kebiasaan menggunakan sirene dan strobo untuk tujuan non-urgent dapat diminimalisir.
"Kecuali Presiden atau tamu negara, silakan. Kalau yang lain itu, enggak perlu lah," kata Soedeson.
Contoh dari Diri Sendiri
Soedeson juga memberikan contoh dari dirinya sendiri, yang memilih datang lebih awal jika ada acara penting, alih-alih meminta prioritas di jalan. Ia menekankan bahwa cara ini lebih efektif dan aman.
"Saya tidak pernah menggunakan kayak begitu-begitu. Kalau acaranya saya melihat bahwa acaranya itu macet, saya datang lebih awal saja ke sana, ya kan," imbuhnya.
Respons Masyarakat terhadap Penggunaan Sirene dan Strobo
Sebelumnya, media sosial ramai dengan protes warga terhadap maraknya penggunaan sirene dan strobo. Aksi penolakan muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari poster digital hingga stiker satire di kendaraan pribadi.
Keluhan masyarakat terutama ditujukan pada kendaraan pejabat yang menggunakan pengawalan meski tidak dalam kondisi darurat, serta mobil berpelat sipil yang memasang strobo maupun sirene tanpa izin.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesetaraan dalam penggunaan jalan raya dan kebutuhan untuk menjaga keamanan serta keselamatan berkendara.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!